Tokyo(MedanPunya) Para pejabat di Jepang benar-benar khawatir melihat angka kelahiran terus menurun. Bahkan penasihat Perdana Menteri Fumio Kushida mengatakan jika fenomena itu terus berlanjut, bukan tidak mungkin Jepang akan lenyap di masa depan.
“Jika kita terus begini, negara ini akan lenyap,” kata Masako Mori, mantan menteri dan penasihat PM Jepang. Ia pun khawatir anak-anak dan generasi muda akan menghadapi potensi lenyapnya negara.
“Adalah orang-orang yang harus melalui proses hilangnya (negara) itu yang akan menghadapi bahaya besar. Ini seperti penyakit parah yang akan menimpa anak-anak itu,” lanjutnya.
Tahun silam, sekitar dua kali lebih banyak orang meninggal daripada yang lahir, dengan kurang dari 800.000 kelahiran dan sekitar 1,58 juta kematian. PM Jepang sendiri berjanji menggandakan pengeluaran untuk anak-anak dan keluarga dalam upaya untuk mengendalikan penurunan itu.
Populasi telah turun menjadi 124,6 juta dari puncaknya lebih dari 128 juta pada tahun 2008, dan laju penurunan makin meningkat. Sementara proporsi orang berusia 65 tahun atau lebih meningkat jadi lebih dari 29% pada 2022. Meski sebenarnya Korea Selatan angka kesuburan lebih rendah, populasi Jepang menurun lebih cepat.
“Angka itu tidak jatuh secara bertahap, langsung turun. Penurunan itu berarti anak-anak yang lahir sekarang akan terlempar ke dalam masyarakat yang terdistorsi, menyusut dan kehilangan kemampuannya untuk berfungsi,” tambah Mori.
Jika tidak ada strategi jitu yang dilakukan, maka akibatnya bisa mengerikan di mana sistem jaminan sosial akan runtuh, kekuatan industri dan ekonomi akan menurun dan tidak akan ada cukup rekrutan tentara untuk melindungi negara.
Memang membalikkan penurunan angka kelahiran sekarang akan sangat sulit karena penurunan jumlah wanita usia subur. Mori menilai pemerintah harus melakukan apa saja untuk memperlambat penurunan dan membantu mengurangi dampak yang akan ditimbulkan.
Tren memprihatinkan ini sebelumnya telah memicu peringatan dari Perdana Menteri Fumio Kishida bahwa Jepang ‘di ambang tidak dapat mempertahankan fungsi sosial’.
“Dalam memikirkan keberlanjutan dan inklusivitas ekonomi dan masyarakat kita, kami menempatkan dukungan pengasuhan anak sebagai kebijakan terpenting kami,” katanya, menambahkan Jepang tak bisa menunggu lebih lama dalam menyelesaikan masalah angka kelahiran yang rendah.***dtc/mpc/bs