Roma(MedanPunya) Maurizio Sarri menyesali keputusannya kembali ke Serie A. Sebab, Sarri baru menyadari kalau Premier League begitu menyenangkan ketimbang di Italia.
Sarri mendapat kesempatan melatih klub non-Italia pertamanya saat Chelsea mengontrak pada 2018, menggantikan Antonio Conte. Pada debutnya, Sarri memang kalah dari Manchester City di Community Shield.
Setelah itu, Sarri mencatatkan rekor sebagai manajer/pelatih pertama yang tak terkalahkan di 12 pertandingan perdananya di Premier League. Chelsea dibawanya ke dua final, yakni Carabao Cup dan Liga Europa.
Setelah kalah dari City di Carabao Cup, Sarri dan Chelsea membayar tuntas lewat kemenangan 4-1 atas Arsenal di final Liga Europa yang juga jadi trofi mayor pertama dalam kariernya.
Chelsea bahkan dibawanya menjadi juara tanpa sekalipun kalah di turnamen tersebut. Sayang, karier Sarri cuma bertahan semusim karena dia memilih kembali ke Italia untuk menangani Juventus di musim panas 2019.
Sarri saat itu beralasan ingin lebih dekat dengan kedua orang tuanya. Dikontrak tiga tahun oleh Juventus, Sarri cuma bertahan dua musim dengan torehan gelar juara Liga Italia 2019/2020, sebelum dipecat di musim yang sama karena tersingkir dari Liga Champions.
Empat tahun berpisah dari Premier League rupanya sudah bikin Sarri kangen berat. Sebab, dia baru bisa menikmati Premier League di beberapa bulan terakhir bersama Chelsea.
“Saya menemui kesulitan untuk bisa menyatukan diri di klub seperti Chelsea, tanpa direktur olahraga dan manajer sering diganti kurang dari dua tahun sekali,” ujar Sarri.
“Tapi saya mulai merasakan bahagia dalam beberapa bulan terakhir di sana, dan saya salah meminta pergi, yang mana Chelsea seperti tidak ngotot mempertahankan saya dan Premier League itu indah sekali. Kembali ke Italia itu sebuah kesalahan,” papar Sarri yang sudah melatih Lazio selama dua musim terakhir.***dtc/mpc/bs