Gaza City(MedanPunya) Hamas membantah keras tuduhan yang menyebut anggotanya melakukan tindak pemerkosaan dan kekerasan seksual saat melancarkan serangan mengejutkan terhadap Israel pada 7 Oktober lalu. Hamas menyebut tuduhan tu sebagai ‘kebohongan yang tidak berdasar’.
Bantahan Hamas itu disampaikan beberapa hari setelah UN Women mengatakan mereka ‘kecewa dengan banyaknya laporan soal kekejaman berbasis gender’ saat serangan melanda Israel bagian selatan pada awal Oktober lalu, yang menewaskan 1.200 orang.
Israel bersumpah untuk menghancurkan Hamas dan melancarkan serangan besar-besaran terhadap Jalur Gaza, yang menurut Kementerian Kesehatan setempat, telah menewaskan sedikitnya 15.889 orang.
Kepolisian Israel mengatakan pihaknya telah mengumpulkan bukti-bukti serangkaian kekerasan seksual yang dilakukan oleh kelompok militan Palestina yang menyerbu komunitas dan pangkalan militer Israel pada 7 Oktober lalu, mulai dari pemerkosaan bergiliran hingga mutilasi post-mortem.
Hamas membantah tuduhan itu, dan menyebutnya sebagai bagian dari “kampanye Zionis yang mempromosikan kebohongan dan tuduhan yang tidak berdasar untuk menjelek-jelekkan perlawanan Palestina”.
Mereka juga membantah klaim-klaim dari kelompok hak perempuan dan kelompok advokasi, dengan menyebutnya sebagai ‘serangkaian kebohongan’ Israel sejak dimulainya perang melawan Hamas pada awal Oktober lalu.
Seorang pejabat senior Kepolisian Israel, Shelly Harush, mengatakan kepada para anggota parlemen Tel Aviv pekan lalu bahwa para penyelidik telah mengumpulkan ‘lebih dari 1.500 testimoni yang mengejutkan dan sulit’ dari para saksi, petugas medis dan pakar patologi.
Harush membahas soal ‘gadis-gadis yang ditelanjangi di bagian pinggang ke bawah’ dan juga kesaksian mengerikan soal tindak pemerkosaan bergiliran, mutilasi serta pembunuhan wanita-wanita muda.
Seorang saksi lainnya, menurut Harush, menuturkan soal luka-luka pada bagian ‘alat kelamin, perut, kaki dan bokong’, dengan beberapa di antaranya mengalami apa yang disebut sebagai ‘payudara terpotong’ atau mengalami ‘luka-luka tembak’.
Petugas respons darurat pertama, sebut Harush, menggambarkan pertemuannya dengan beberapa mayat ‘dengan tangan diborgol ke belakang, mayat wanita yang mengeluarkan darah dari area genital’.
“Sebagian besar korban pemerkosaan dan serangan seksual lainnya pada 7 Oktober tewas dan tidak akan pernah bisa memberikan kesaksian,” ucap kepala komisi penyelidikan tindak kekerasan berbasis gender saat serangan Hamas, Cochav Elkayam-Levy, dalam pernyataannya bulan lalu.
UN Women, dalam pernyataannya, mengatakan pihaknya merasa ‘khawatir dengan banyaknya laporan soal kekejaman berbasis gender dan kekerasan seksual’ selama serangan Hamas dan telah ‘menyerukan agar semua laporan mengenai kekerasan berbasis gender segera diselidiki dan diadili’.***dtc/mpc/bs