Caracas(MedanPunya) Pemerintah Venezuela mengeklaim menggagalkan rencana serangan yang dibuat-buat terhadap kapal perang Amerika Serikat (AS) di kawasan Karibia selatan.
Caracas menuduh aksi itu dirancang oleh komplotan yang didanai Badan Intelijen Pusat (CIA) AS.
Menteri Dalam Negeri Venezuela Diosdado Cabello pada Senin (27/10) mengatakan, pihaknya menangkap empat orang yang disebut berencana menyerang USS Gravely, kapal perusak berpeluru kendali milik AS.
Kapal tersebut berlabuh di Trinidad & Tobago pada Minggu (26/10), tidak jauh dari perairan Venezuela.
“Komplotan ini didanai oleh CIA dan bertujuan menjebak Caracas dengan serangan palsu terhadap kapal perang AS,” ujar Cabello tanpa merinci identitas para tersangka.
Kedatangan USS Gravely di wilayah itu memicu kemarahan Caracas. Pemerintah Venezuela menyebut langkah AS sebagai provokasi, dan menuding Washington ingin memancing perang di Karibia.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro bahkan menangguhkan perjanjian gas dengan Trinidad & Tobago.
Ia menuduh Perdana Menteri Kamla Persad-Bissessar mengubah negaranya menjadi kapal induk kekaisaran Amerika melawan Venezuela.
Krisis diplomatik ini memperburuk hubungan kedua negara bertetangga tersebut.
Persad-Bissessar menolak tuduhan Maduro dan menyebut langkah Venezuela sebagai bentuk pemerasan.
Dia menegaskan, Trinidad-Tobago tetap berkomitmen pada kerja sama energi dan keamanan kawasan.
Washington sebelumnya memberi izin bagi Trinidad & Tobago untuk mengeksploitasi ladang gas Dragon di perairan Venezuela, meski embargo minyak AS terhadap Caracas masih berlaku.
Sementara itu, pemerintahan Presiden Donald Trump meningkatkan tekanan militer terhadap Venezuela dengan mengerahkan tujuh kapal perang ke Karibia, dan satu ke Teluk Meksiko.
Armada itu termasuk kapal induk terbesar di dunia, USS Gerald R Ford.
Selain pengerahan kapal, dua pesawat pengebom strategis B-1B terlihat terbang di atas Laut Karibia dekat Venezuela pada Senin (27/10), dalam unjuk kekuatan ketiga AS dalam beberapa pekan terakhir.
Data dari Flightradar24 menunjukkan, kedua pesawat lepas landas dari North Dakota dan terbang sejajar dengan garis pantai Venezuela sebelum menghilang dari radar.
Pentagon menyebut operasi tersebut sebagai bagian dari kampanye pemberantasan narkoba di Karibia.
Namun, Caracas dan sejumlah pengamat menilai pengerahan militer itu bermotif politik, termasuk upaya menggulingkan pemerintahan Maduro yang tidak diakui Washington.
Sejak September, militer AS mengeklaim telah menghancurkan sedikitnya sepuluh kapal pengangkut narkotika dan menewaskan 43 orang di perairan internasional.
Namun, para ahli mempertanyakan legalitas operasi tersebut karena AS belum menunjukkan bukti kuat selain rekaman udara.
Maduro menegaskan, tuduhan Washington tentang ia terlibat jaringan perdagangan narkoba tidak berdasar.
“Amerika Serikat sedang mengada-adakan perang untuk tujuan politiknya sendiri,” tudingnya.***kps/mpc/bs









