Jakarta(MedanPunya) Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil rapat dewan gubernur (RDG) periode Januari 2021. Suku bunga acuan BI akan menjadi salah satu kebijakan yang diumumkan.
Analisis LPEM FEB UI menyebutkan jika BI perlu mempertahankan suku bunga kebijakan di level 3,75% bulan ini. Walaupun masih ada ruang untuk pemotongan bunga lebih lanjut.
“Kami berpandangan BI harus menahan bunga acuan untuk bulan ini dengan tetap menjaga kebijakan makroprudensial untuk mengelola stabilitas sektor keuangan,” tulisnya, dikutip Kamis (21/1).
Ekonom PermataBank Josua Pardede mengungkapkan bank sentral diperkirakan mempertahankan tingkat suku bunga acuan BI7RR di level 3,75% mempertimbangkan suku bunga kebijakan saat ini masih konsisten untuk menjangkar ekspektasi inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
“Inflasi awal tahun 2021 ini cenderung meningkat mempertimbangkan potensi kenaikan inflasi harga diatur pemerintah dan inflasi harga bergejolak,” jelas dia.
Kemudian dari sisi rupiah, volatilitas rupiah yang terindikasi dari rata-rata one-month implied volatility yang meningkat menjadi 9,7% sepanjang bulan Januari 2021 dari bulan Desember 2020 yang tercatat di kisaran 8,4%.
Meskipun demikian, nilai tukar rupiah cenderung menguat sejak awal tahun 2021 ini yang ditopang oleh aliran modal asing sebesar US$838,5 juta di pasar saham dan pasar SBN.
Sementara itu, dari sisi inflasi jangka pendek, inflasi pada Januari 2021 diperkirakan akan meningkat sejalan dengan tren kenaikan inflasi harga bergejolak dan inflasi harga diatur pemerintah.
Sementara assessment pada sektor riil perekonomian, berdasarkan beberapa survei terkini BI seperti SKDU, PMI dan pertumbuhan kredit baru menunjukkan kondisi perekonomian pada kuartal I-2021 menunjukkan tren yang terus membaik, yang juga dipengaruhi oleh perkembangan program vaksinasi pada awal tahun 2021 ini.
“Selain itu, transmisi penurunan suku bunga perbankan juga terus berlanjut merespon penurunan suku bunga acuan BI pada tahun 2020 yang lalu,” ujar dia.
Menurut Josua tren penurunan suku bunga perbankan dan perbaikan aktivitas perekonomian diharapkan akan mulai mendorong permintaan kredit yang cenderung masih lemah pada hingga akhir tahun 2020.
Pertumbuhan kredit pada akhir tahun 2020 cenderung masih lemah yakni di kisaran -2,41% yoy sementara pertumbuhan DPK pada Desember 20200 tercatat 11,11% yoy.
Ke depannya, ruang penurunan suku bunga perbankan masih terbuka meskipun semakin terbatas mempertimbangkan upaya untuk menjaga daya tarik investasi pada aset keuangan rupiah dalam rangka mendorong terciptanya stabilitas nilai tukar rupiah di tengah proses pemulihan ekonomi domestik.***dtc/mpc/bs