Kairo(MedanPunya) Sejak pelaku kekerasan seksual dan pemerkosaan, Ahmed Bassam Zaki (22) ditangkap pada Sabtu (4/7), ratusan wanita Mesir mengutarakan pengalaman kekerasan seksual mereka di media sosial.
Menggunakan tanda pagar #MeToo, ratusan wanita Mesir mengkampanyekan perlawanan terhadap kekerasan seksual dan pemerkosaan, buntut kasus yang dilakukan oleh Ahmed Bassam Zaki. Ahmed diduga telah memperkosa dan melakukan kekerasan seksual pada lebih dari 50 wanita.
Sementara itu, melansir akun Instagram Assault Police, ratusan wanita telah memberikan kesaksian sejak 1 Juli pria itu dijadikan target penangkapan dan ditangkap pada Sabtu (4/7) kemarin.
Pengacara Tarek Elawady mengatakan bahwa beberapa peristiwa belakangan ini menunjukkan bahwa Mesir mulai menganggap kasus kejahatan seksual sebagai perkara penting dan para korban diminta untuk berani berbicara meski sangat sulit di tengah masyarakat yang patriarkis.
“Ini permulaan kesempatan kita (demi perubahan) yang harus kita ambil,” ujar Elawady yang juga mewakili kasus kekerasan seksual yang dialami putrinya sendiri dan berhasil memenangkannya di pengadilan.
“Kita harus menumbangkan budaya negara kita yang gemar ‘menyalahkan korban’. Kita tidak bisa terus menerus mengatakan pada anak-anak perempuan kita, ‘ini karena kamu salah berpakaian’,” imbuh Elawady.
Sementara itu, menurut jajak pendapat yang dilakukan Thomson Reuters pada 2017, Kairo, ibu kota Mesir dinilai sebagai kota besar yang membahayakan kaum perempuan. 99 persen wanita Mesir diwawancarai oleh PBB pada 2013 akibat adanya laporan kekerasan seksual.
Sebuah protes atas serangan terhadap perempuan di dekat Lapangan Tahrir Kairo selama perayaan pelantikan Presiden Mesir Abdel Fattah El Sisi pada 2014 lalu, mendorong UU baru yang menghukum pelaku pelecehan seksual setidaknya 6 bulan penjara.
Hukuman dari UU tersebut secara bertahap mendorong masyarakat untuk lebih bersimpati pada korban, bukan pada pelaku, ujar Elawady.
Kantor Kejaksaan Umum Mesir mengatakan bahwa pria yang disebut dalam Instagram Assault Police telah ditahan selama 15 hari sementara masih diselidiki.
Dia ditahan setelah adanya laporan kekerasan seksual dan pemerkosaan yang dialami oleh 4 wanita, salah satunya berusia di bawah 18 tahun.
Aktivis Hak Asasi Wanita mengatakan wanita Mesir kini mulai berani ‘buka suara’ karena mereka melihat sistem hukum melindungi identitas mereka.
“Dengan adanya perlindungan dari jaksa umum terhadap data privasi para wanita korban kekerasan seksual, mereka berani untuk bicara dan melakukan kesaksian,” ujar Nehad Abu Al Komsan, Direktur Pusat Hak Asasi Wanita Mesir dan kelompok advokasi.
“Perlindungan itu juga mendorong wanita lainnya yang akan membuka jalan kasus kekerasan seksual untuk dapat diungkap.
“Dewan Nasional Wanita Pemerintahan Mesir pada Selasa kemarin (7/7) mengatakan bahwa mereka menemukan 400 keluhan dan pertanyaan-pertanyaan seputar kekerasan wanita dari 1 sampai 5 Juli kemarin.
Ada pun Otoritas Agama Islam terkemuka Mesir, Al Azhar juga mendukung para wanita untuk melaporkan kejadian-kejadian kekerasan yang mereka alami.
Pihak Al Azhar mengatakan bahwa dengan diamnya para korban akan menambah ancaman dan jumlah kekerasan di tengah masyarakat.
Jurnalis Mesir keturunan Amerika, Reem Abdellatif yang pernah dijauhi keluarga karena melaporkan pelecehan seksual yang dilakukan sang ayah kepadanya kini bergabung dengan kampanye online untuk mendukung para wanita agar berani berbagi cerita tentang kekerasan yang mereka alami.
“Adanya para perempuan ini berbicara keras seperti ini dengan momentum semacam ini adalah suatu hal yang belum pernah saya lihat sebelumnya,” kata Abdellatif melalui telepon dari Belanda di mana dia berada saat ini.
“Dan bukan hanya orang ini ( Ahmed Bassam Zaki). Seperti yang saya katakan di video saya, dia hanya simbol untuk apa yang harus kita tangani selama beberapa dekade,” tandasnya.***kps/mpc/bs