Ada Bukti Tokoh Oposisi Rusia Diracun, Eropa Minta Pertanggungjawaban Kremlin

Berlin(MedanPunya) Hasil tes laboratorium senjata kimia Pemerintah Jerman menunjukkan adanya bukti penggunaan agen saraf Novichok untuk meracuni tokoh oposisi Rusia, Alexei Navalny. Pemerintah Jerman dan sejumlah negara Eropa mendesak pertanggungjawaban Pemerintah Rusia atas kasus peracunan terhadap tokoh oposisi penantang Presiden Rusia Vladimir Putin ini.

“Alexei Navalny adalah korban kejahatan. Tindakan (peracunan) ini bermaksud untuk membungkam dirinya. Atas nama Pemerintah Jerman, saya mengecam keras tindakan ini sekeras mungkin,” kata Kanselir Jerman Angela Merkel.

Ia menambahkan, pihaknya berharap Moskwa menjelaskan sendiri mengenai kasus tersebut. Merkel juga mengatakan, Jerman akan berkonsultasi dengan negara-negara mitranya di organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tentang cara merespons kasus peracunan terhadap Navalny itu. Kasus ini mencuatkan kemungkinan adanya sanksi-sanksi baru terhadap Rusia.

Moskwa membantah terlibat dalam insiden yang dituduhkan Jerman. Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut tuduhan Jerman tidak didukung oleh bukti. Moskwa juga mengeluhkan cara yang dilakukan Jerman dalam mempublikasikan informasi tentang Navalny.

Tidak hanya pemerintah Jerman yang mengecam keras tindakan terhadap tokoh oposisi Rusia itu, sejumlah pemimpin negara Eropa juga mengeluarkan kecaman senada. Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebut tindakan meracuni tokoh oposisi adalah tindakan yang keji dan tindakan pengecut.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyebut tindakan meracuni tokoh oposisi adalah tindakan yang keterlaluan. Sedangkan Menteri Luar Negeri Perancis, Jean-Yves Le Drian, menyebutkan tindakan itu sebagai sebuah tindakan mengejutkan dan tidak bertanggung jawab.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengecam keras tindakan mengejutkan penggunaan zat saraf yang biasa digunakan oleh militer. Dia mendesak adanya penyelidikan yang utuh dan transparan oleh pemerintah Rusia.

Agen saraf Novichok adalah racun yang dikembangkan oleh militer Rusia pada era Perang Dingin tahun 1970-an dan 1980-an. Agen saraf ini bisa ditemukan dalam bentuk bubuk, cairan, atau bahkan uap yang sangat halus.

Navalny (44) bukan korban Novichok pertama kali. Zat ini pernah digunakan ketika percobaan pembunuhan agen ganda Sergei Skripal di Inggris tahun 2018. Seperti halnya percobaan pembunuhan terhadap Navalny, negara-negara Barat juga menuding pemerintah dan militer Rusia di balik upaya pembunuhan Skripal. Rusia membantah tudingan itu.

Navalny jatuh sakit setelah kembali ke Moskwa menggunakan sebuah penerbangan dari Siberia. Agen saraf itu diduga masuk ke tubuh Navalny ketika dia meminum secangkir teh di bandara sebelum terbang ke Moskwa.

Navalny sempat koma selama beberapa waktu dan dirawat di rumah sakit setempat. Namun, ketidakmampuan rumah sakit menemukan zat beracun di tubuh Navalny membuat dirinya diterbangkan ke Berlin, Jerman, untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

Menurut pernyataan tim dokter RS Charite, Navalny masih berada dalam pengawasan tim dokter. Dia juga masih menggunakan ventilator untuk membantu pernapasannya. Dokter mengatakan, perlahan-lahan sistem peredaran darah di tubuh akan membersihkan Novichok. Namun, pemulihan akan memakan waktu lama dan akan ada efek tersisa terhadap otak dan otot serta organ utama tubuh lainnya.

Kremlin, yang sebelumnya mempertanyakan kredibilitas dokter Jerman, menyatakan siap bekerja sama sepenuhnya. Bahkan, menurut media Rusia, RBC, kantor jaksa penuntut umum di Rusia telah meminta sejumlah informasi kepada Kementerian Kehakiman Jerman tentang perawatan Navalny, termasuk hasil tes untuk obat-obatan, racun, logam berat, dan penghambat kolinesterase, yang memengaruhi sistem saraf.

Meski meminta informasi mendetail, jaksa Rusia telah menyimpulkan bahwa mereka tidak perlu melakukan penyelidikan lebih jauh atas kasus tersebut. Mereka telah menyimpulkan bahwa tidak ada tanda kejahatan telah dilakukan meski bukti yang dipegang Pemerintah Jerman menyatakan sebaliknya.

Juru bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, mengutip kantor berita RIA Novosti bahwa Kremlin siap dan berkepentingan dalam kerja sama penuh dan pertukaran data tentang topik ini dengan Jerman.

Kedutaan Besar Rusia di Berlin dalam pernyataannya meminta negara-negara mitra untuk menghindari politisasi insiden ini dan hanya mengandalkan fakta yang dapat dipercaya.***kps/mpc/bs

Berikan Komentar:
Exit mobile version