Riyadh(MedanPunya) Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, menyebut masyarakat internasional telah mengecewakan Gaza. Pangeran Faisal juga menyerukan kembali pembentukan negara Palestina saat berbicara dalam forum ekonomi global di Riyadh.
“Situasi di Gaza jelas merupakan bencana dalam segala hal — bersifat kemanusiaan, tapi juga merupakan kegagalan total dari sistem politik yang ada untuk mengatasi krisis tersebut,” ujar Pangeran Faisal saat berbicara dalam Forum Ekonomi Dunia (WEF).
Pertemuan khusus WEF itu digelar di Riyadh sejak Senin (29/4) waktu setempat, dengan isu perang Hamas dan Israel di Jalur Gaza turut menjadi pembahasan.
Dalam pernyataannya, Pangeran Faisal menegaskan bahwa hanya “jalan yang kredibel dan tidak bisa diubah menuju negara Palestina” yang akan mencegah dunia menghadapi “situasi yang sama dalam dua tahun, tiga tahun, empat tahun ke depan”.
Perang yang berkecamuk di Jalur Gaza telah meningkatkan ketegangan regional. Menurut laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza, lebih dari 34.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas akibat rentetan serangan Israel di Jalur Gaza untuk membalas serangan Hamas pada Oktober tahun lalu.
Serangan Hamas terhadap Israel tahun lalu dilaporkan menewaskan sekitar 1.200 orang, kebanyakan warga sipil, dan membuat lebih dari 250 orang lainnya disandera di Jalur Gaza. Hamas menyebut serangannya itu menjadi pembalasan atas pendudukan dan agresi Israel selama puluhan tahun terhadap Palestina.
Upaya mewujudkan gencatan senjata di Jalur Gaza terus dilakukan, dengan Menlu Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, para pemimpin Palestina dan pejabat tinggi dari berbagai negara yang berusaha menjadi perantara antara Hamas dan Israel turut hadir dalam forum ekonomi global di Riyadh.
Salah satunya Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang menyebut Israel telah memanfaatkan serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu untuk menyerang warga Palestina yang ada di Jalur Gaza.
Abbas juga menyerukan AS untuk mendesak Israel “menahan serangannya” saat invasi darat ke Rafah diperkirakan segera terjadi.
“Israel memanfaatkan serangan itu (serangan Hamas pada 7 Oktober-red) untuk membalas secara tidak proporsional dengan dalih bahwa itu adalah balas dendam terhadap Hamas,” tuding Abbas saat berbicara dalam forum WEF pada Minggu (28/4).
Belum ada tanggapan resmi Israel terhadap pernyataan terbaru Abbas tersebut.
Dalam pernyataannya, Abbas juga menyebut AS sebagai “satu-satunya negara yang mampu” mencegah invasi Israel terhadap Rafah.
Rafah merupakan wilayah paling selatan di Jalur Gaza, yang kini menjadi tempat perlindungan bagi lebih dari satu juta warga Palestina yang mengungsi akibat perang. Rencana invasi darat Tel Aviv terhadap Rafah dikhawatirkan akan semakin memperburuk bencana kemanusiaan di Jalur Gaza.
“Kami menyerukan kepada Amerika Serikat untuk meminta Israel menghentikan operasi Rafah,” cetus Abbas, sembari memperingatkan bahwa serangan darat ke Rafah akan menjadi “bencana terbesar dalam sejarah rakyat Palestina”.***dtc/mpc/bs