Beirut(MedanPunya) Amerika Serikat (AS) mendesak Angkatan Bersenjata Lebanon untuk segera melucuti senjata kelompok Hizbullah serta kelompok-kelompok bersenjata lainnya di negara itu.
Utusan AS, Morgan Ortagus, menyampaikan hal itu dalam sebuah wawancara dengan lembaga penyiaran Lebanon, LBCI, dan disiarkan pada hari Minggu (6/4). Wawancara tersebut dilakukan di akhir kunjungan resmi Ortagus selama tiga hari ke Beirut.
Selama kunjungan tersebut, dia melakukan pertemuan dengan Presiden Lebanon, Joseph Aoun, Perdana Menteri Nawaf Salam, Ketua Parlemen Nabih Berri, serta sejumlah pejabat tinggi dan perwakilan politik Lebanon lainnya.
Kunjungan Ortagus dilakukan setelah beberapa pekan serangan udara Israel yang meningkat di wilayah Lebanon. Serangan Israel itu menyasar anggota Hizbullah yang didukung Iran serta fasilitas penyimpanan senjata kelompok tersebut, termasuk dua serangan yang terjadi di wilayah Beirut selatan.
Tembakan roket dari Lebanon ke Israel turut memperburuk situasi, meskipun Hizbullah membantah keterlibatannya dalam insiden tersebut.
Perkembangan itu menjadi ujian serius bagi keberlangsungan gencatan senjata yang sudah rapuh, yang sebelumnya mengakhiri konflik selama satu tahun antara kedua pihak, dan yang turut memuat komitmen bagi perlucutan senjata seluruh kelompok bersenjata di Lebanon.
“Sudah jelas bahwa Hizbullah perlu dilucuti, dan bahwa Israel tidak akan tinggal diam terhadap aksi kekerasan dari kelompok teroris yang menargetkan wilayahnya. Pandangan tersebut dapat kami pahami,” kata Ortagus.
“Kami terus mendorong pemerintah ini untuk sepenuhnya melaksanakan penghentian permusuhan, yang mencakup pelucutan senjata Hizbullah dan seluruh milisi bersenjata,” ujarnya.
Saat ditanya apakah AS telah menetapkan tenggat waktu untuk pelucutan senjata tersebut, Ortagus menjawab, “Secepat mungkin.”
“Memang tidak ada jadwal yang ditetapkan secara spesifik, tetapi kami meyakini bahwa semakin cepat Angkatan Bersenjata Lebanon (LAF) dapat mencapai tujuan itu dan melucuti seluruh milisi di negara ini, maka semakin cepat pula rakyat Lebanon dapat menikmati kebebasan,”ujar Ortagus.
Kesepakatan gencatan senjata menyatakan, pasukan Lebanon harus membongkar posisi-posisi militer kelompok bersenjata dan menyita senjata ilegal, “dimulai dari wilayah Lebanon selatan.”
Menurut sumber keamanan, sejak kesepakatan itu dicapai pada bulan November lalu, militer Lebanon telah menghancurkan ratusan tempat penyimpanan senjata di Lebanon selatan.
Hizbullah telah lama menolak berbagai upaya pelucutan senjata. Kelompok itu berargumen bahwa kesepakatan gencatan senjata hanya berlaku untuk wilayah Lebanon selatan, bukan mencakup seluruh negara itu.
Hizbullah juga menunjuk pada serangan udara Israel dan keberadaan pasukan Israel yang masih menempati lima titik perbukitan di Lebanon selatan sebagai pelanggaran utama terhadap kesepakatan tersebut.***kps/mpc/bs