Washington DC(MedanPunya) Kepala Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) John Ratcliffe pada Rabu (5/3) mengumumkan bahwa AS resmi menghentikan bantuan intelijen untuk Ukraina.
Langkah ini dapat menghambat kemampuan militer Kyiv dalam menargetkan pasukan Rusia.
Pasalnya, intelijen AS telah menjadi elemen krusial bagi militer Ukraina, terutama dalam memperoleh informasi penting untuk keperluan penargetan.
Dengan demikian, strategi perang Ukraina bisa mengalami perubahan signifikan.
AS juga menghentikan bantuan militer untuk Ukraina tak lama setelah adanya perdebatan sengit antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih pada Jumat (28/2).
Menurut NATO, AS telah memberikan lebih dari 40 persen bantuan militer untuk negara pecahan Uni Soviet tersebut, di mana beberapa di antaranya tidak bisa diberikan oleh Eropa.
Keputusan ini menunjukkan pendekatan keras pemerintahan Trump terhadap Ukraina.
AS ingin mendorong Kyiv agar segera duduk di meja perundingan dengan Rusia dan mengakhiri peperangan.
Dengan dihentikannya bantuan militer untuk Ukraina, Zelensky mencoba mendapatkan dukungan dari para pemimpin Uni Eropa dalam pertemuan di Brussels.
Negara anggota Uni Eropa diharapkan akan meningkatkan anggaran pertahanan dan menegaskan kembali dukungan untuk Ukraina.
Namun, pada Selasa (4/3), Trump mengungkapkan bahwa ia telah menerima surat dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Dalam surat tersebut, Presiden ke-6 Ukraina itu menyatakan kesediaannya untuk bernegosiasi terkait perang yang telah berlangsung sejak 2022.***kps/mpc/bs