Bos Tentara Bayaran Wagner Disebut Terima Dana Rp 144 T

Moskow(MedanPunya) Seorang propagandis Rusia menuduh bos tentara bayaran Wagner Yevgeny Prigozhin hilang kendali dan memberontak setelah menerima dana publik sebesar miliaran Rubel. Prigozhin memimpin pemberontakan bersenjata yang hanya berlangsung singkat terhadap jajaran petinggi militer Moskow akhir bulan lalu.

Pemberontakan tentara bayaran Wagner itu hanya berlangsung singkat, namun menjadi momen sangat memalukan bagi Kremlin. Tentara bayaran Wagner yang tadinya berniat menyerbu Moskow membatalkan aksinya setelah kesepakatan tercapai antara Prigozhin dan Kremlin.

Dalam kesepakatan itu, Kremlin mengizinkan Prigozhin mengasingkan diri ke Belarusia dan membebaskannya dari tuntutan hukum sebagai imbalan atas langkahnya menarik mundur tentara bayaran Wagner ke pangkalan mereka.

Pekan ini, narasi baru dari Kremlin mulai mencuat terkait pemberontakan tentara bayaran Wagner yang digagalkan itu.

“Prigozhin ‘keluar jalur’ karena uang yang besar,” sebut salah satu wajah utama mesin propaganda Rusia, Dmitry Kiselev, dalam acara televisi mingguannya pada Minggu (2/7) waktu setempat.

“Dia pikir bisa menantang kementerian pertahanan, negara itu sendiri dan presiden secara pribadi,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Kiselev mengatakan bahwa operasi Wagner di Suriah dan Afrika telah memberikan Prigozhin perasaan memiliki impunitas, yang kemudian diperkuat oleh keberhasilan pasukan tentara bayarannya di medan pertempuran di Ukraina bagian timur.

Tanpa memberikan bukti apa pun, Kiselev menyebut Wagner telah menerima dana negara sebesar lebih dari 858 miliar Rubel (Rp 144 triliun).

Namun dalam pengakuan mengejutkan awal pekan ini, Presiden Vladimir Putin mengatakan untuk pertama kalinya bahwa otoritas Rusia ‘sepenuhnya’ membiayai kelompok tentara bayaran itu.

Antara Mei 2022 hingga Mei 2023, sebut Putin, Wagner telah menerima lebih dari 86 miliar Rubel (Rp 14,4 triliun) dari negara Rusia.

Kelompok tentara bayaran swasta diketahui dilarang di bawah aturan hukum yang berlaku di Rusia.

Menjadi target sanksi Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa, Prigozhin selama bertahun-tahun beroperasi dalam bayang-bayang, namun menjadi sorotan sejak Putin memerintahkan invasi militer ke Ukraina pada Februari 2022.

Beberapa waktu lalu, Prigozhin menuduh jajaran petinggi militer Rusia berusaha ‘mencuri’ kemenangan dari tentara bayaran Wagner di Ukraina bagian timur dan mengecam ‘birokrasi mengerikan’ Moskow karena memperlambat pencapaian militer.

Laporan Wall Street Journal (WSJ) pada Minggu (2/7) waktu setempat menyebut bahwa para agen dari Dinas Keamanan Federal Rusia menggerebek markas Wagner Group di St Petersburg untuk mencari bukti yang memberatkan Prigozhin.***dtc/mpc/bs

 

Berikan Komentar:
Exit mobile version