Beijing(MedanPunya) Saat tim pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menuntaskan penyelidikan asal-usul virus Corona (COVID-19) di Wuhan, China pada bulan ini, otoritas China memperjelas ke mana penyelidikan harus dilanjutkan. Amerika Serikat (AS) disebut seharusnya menjadi fokus selanjutnya untuk penyelidikan asal-usul Corona.
“(Kami berharap) Mengikuti teladan China, pihak AS akan bertindak secara positif, berbasis sains dan kooperatif dalam masalah penelusuran asal-usul, (dan) mengundang pakar WHO untuk kajian penelusuran asal-usul,” cetus juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, dalam pernyataannya pekan lalu.
Lebih jauh lagi, kepala pakar epidemiologi pada Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) China, Zeng Guang, menyebut AS sekarang harus menjadi ‘fokus’ upaya global dalam menyelidiki asal-usul virus mematikan itu.
Diketahui bahwa salah satu teori konspirasi soal asal-usul Corona menyebut virus itu muncul — baik disengaja atau tidak disengaja — dari sebuah laboratorium di Wuhan yang fokus meneliti patogen mematikan. Tim pakar WHO dalam kesimpulannya menegaskan teori itu tidak terbukti dalam penyelidikan mereka.
“Temuan kami menunjukkan bahwa hipotesis insiden laboratorium sangat tidak mungkin untuk menjelaskan kemunculan virus di tengah populasi manusia, dan itu bukanlah hipotesis yang bisa digunakan untuk kajian mendatang dalam pekerjaan kami, untuk mendukung pekerjaan di masa depan, untuk memahami asal-usul virus,” jelas anggota tim pakar WHO, Peter Ben Embarek, dalam konferensi pers mengumumkan hasil temuan mereka sebelum meninggalkan China.
Pada saat bersamaan, Zeng dari CDC China mengajukan hipotesis yang sama tapi bukan soal laboratorium Wuhan, melainkan soal Fort Detrick yang merupakan laboratorium penelitian biomedis militer AS yang berlokasi di Maryland. Tidak bukti untuk mendukung teori ini.
“Saya mengatakan bahwa Amerika Serikat adalah fokus pelacakan (asal-usul Corona) karena Amerika Serikat melibatkan banyak isu, tidak hanya soal pelacakan virus Corona baru,” sebut Zeng kepada sebuah situs berita lokal berbasis di Shanghai.
Wawancara itu mengaitkan Fort Detrick dan Institut Penelitian Medis soal Penyakit Menular pada Militer AS (USAMRIID) dengan penelitian yang dilakukan oleh Unit 731 dari Tentara Kekaisaran Jepang selama Perang DUnia II.
“Amerika Serikat memiliki laboratorium biologi di seluruh dunia. Mengapa Amerika Serikat memiliki begitu banyak laboratorium? Apa tujuannya?” cetus Zeng.
“Dalam banyak hal, Amerika Serikat menuntut negara lain untuk terbuka dan transparan. Pada akhirnya, ternyata Amerika Serikat sendiri yang seringkali samar,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Zeng mendorong AS untuk membuktikan dirinya kepada dunia di tengah polemik soal asal-usul Corona.
“Terlepas dari apakah Amerika Serikat telah melakukan sesuatu yang khusus terkait masalah virus baru kali ini, mereka seharusnya memiliki keberanian untuk terbuka dan transparan. Amerika Serikat harus memikul tanggung jawab untuk membuktikan dirinya sendiri kepada dunia, daripada terjebak dalam pola pikir hegemonik, menutupi dirinya sendiri dan menyalahkan pihak lain terkait sumber virus,” ujarnya.
Mengomentari hal itu, asisten profesor pada NYU Steinhardt, Angela Xiao Wu, yang meneliti upaya pembentukan opini online di China, menilai komentar semacam itu sebagai ‘taktik yang efektif bagi negara-Partai untuk mengarahkan perhatian kritis orang-orang ke luar sebagai cara menyalurkan ketakutan dan frustrasi mereka’. Dia menyebut banyak negara mengadopsi taktik serupa.***dtc/mpc/bs