Washington DC(MedanPunya) Suasana panas mewarnai pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Gedung Putih pada Jumat (28/2).
Pertemuan yang seharusnya membahas kerja sama di sektor mineral berubah menjadi ajang perdebatan sengit setelah Zelensky menuduh sikap AS terlalu lunak terhadap Rusia.
Ia mengingatkan bahwa perang di Ukraina telah menghancurkan banyak kota dan menelan ribuan korban jiwa.
Di sisi lain, Trump bersikeras bahwa Putin ingin mencapai kesepakatan damai dan menilai Zelensky seharusnya lebih menghargai dukungan Amerika.
Wakil Presiden AS JD Vance membela kebijakan Trump yang lebih memilih jalur diplomasi, sedangkan Zelensky menegaskan bahwa diplomasi tanpa tindakan tegas hanya akan menguntungkan Putin.
Presiden ke-6 Ukraina itu menegaskan bahwa sejak Rusia mencaplok Krimea pada 2014, berbagai upaya diplomasi telah dilakukan, termasuk perjanjian damai yang semuanya dilanggar oleh Putin.
“Kami telah menandatangani gencatan senjata, tetapi Putin mengingkarinya. Ia terus membunuh rakyat kami dan menolak pertukaran tahanan. Jadi, diplomasi seperti apa yang Anda maksud?” tanya Zelensky.
Trump kembali menekan Zelensky agar segera mencapai kesepakatan dengan Rusia.
Ia bahkan mengancam bahwa tanpa itu, Amerika tidak akan lagi membantu Ukraina.
Pria berusia 78 tahun tersebut juga memperingatkan Zelensky bahwa sikapnya bisa memicu konflik global.
“Anda sedang bermain-bermain dengan Perang Dunia Ketiga,” ujar Trump.
Namun, Zelensky mengatakan bahwa rakyat Ukraina tidak akan menyerah begitu saja.
Di tengah debat yang memanas, Trump terus menekan mantan komedian itu agar lebih menghargai bantuan yang telah diberikan AS.
Ketegangan semakin memuncak ketika Wakil Presiden AS JD Vance menuding Zelensky tidak sopan karena membahas masalah ini secara terbuka di hadapan media AS.
“Saya rasa tidak pantas bagi Anda untuk datang ke Gedung Putih untuk memperdebatkan hal ini di depan media,” kata Vance.
“Pernahkah Anda mengucapkan terima kasih pada AS sekali saja?” imbuhnya.
Pertemuan ini menunjukkan semakin lebarnya jurang perbedaan antara kedua pemimpin dalam menyikapi perang di Ukraina, serta meningkatnya ketegangan dalam hubungan bilateral mereka.***kps/mpc/bs