Gaza(MedanPunya) Invasi darat Israel melawan Hamas di Jalur Gaza tampaknya semakin dekat. Terowongan buatan Hamas di bawah Gaza pun menjadi perhatian utama karena di sanalah, banyak pejuang Hamas bermarkas.
Jet tempur Israel, menurut laporan media setempat, telah membombardir sekitar 150 terowongan Hamas. “Permukaan tanah bergetar di Gaza. Kami menyerang baik di atas maupun di bawah tanah,” cetus Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant.
Yihyah Sinwar, salah satu pemimpin Hamas di Gaza, mengklaim di tahun 2021 bahwa terowongan di Gaza panjangnya 500 kilometer. Saat itu, Israel mengklaim telah menghancurkan 100 kilometer terowongan Hamas.
“Mereka mengatakan merusak 100 kilometer terowongan Hamas. Saya katakan pada kalian, terowongan yang kami miliki di Jalur Gaza lebih dari 500 kilometer. Bahkan jika narasi mereka benar, mereka hanya merusak 20% terowongan itu,” katanya.
Israel mengebom dari udara dan menggunakan bahan peledak di darat untuk menghancurkan terowongan di masa lalu. Namun untuk sepenuhnya mengusir Hamas, diperlukan pembersihan langsung, di mana Hamas dapat muncul di belakang pasukan Israel yang bergerak maju.
Selama perang tahun 2014, Hamas membunuh sedikitnya 11 tentara Israel setelah menyusup ke Israel melalui terowongan. Dalam insiden lain, seorang perwira Israel, Letnan Hadar Goldin, diseret ke dalam terowongan di Gaza dan dibunuh.
Ariel Bernstein, mantan tentara Israel yang bertempur dalam perang tersebut, menggambarkan pertempuran perkotaan di Gaza sebagai gabungan antara penyergapan dan jebakan. Dia mengingat terowongan tersebut memiliki efek membingungkan. Orang-orang bersenjata Hamas dapat muncul entah dari mana untuk menyerang.
“Rasanya seperti saya sedang melawan hantu. Anda tidak melihatnya,” katanya.
Membersihkan dan meruntuhkan terowongan-terowongan tersebut sangat penting jika Israel ingin menang. Namun pertempuran di daerah perkotaan padat penduduk dan bawah tanah dapat menghilangkan beberapa keunggulan teknologi militer Israel sekaligus memberikan keunggulan bagi Hamas baik di atas maupun di bawah.
Sebagai perbandingan, pasukan Amerika dalam Perang Vietnam kesusahan membersihkan jaringan sepanjang 120 kilometer yang dikenal sebagai terowongan Cu Chi, di mana tentara Amerika menghadapi tikungan tajam, jebakan, dan terkadang kondisi gulita di pinggiran kota yang saat itu bernama Saigon. Bahkan pemboman B-52 tiada henti tak sepenuhnya bisa menghancurkan terowongan tersebut.
Potensi pertempuran yang dihadapi tentara Israel akan bersifat klaustrofobik dan menakutkan. Daphné Richemond-Barak, profesor di Universitas Reichman Israel yang menulis buku tentang perang bawah tanah, memperingatkan banyak keunggulan teknologi militer Israel akan runtuh, memberikan keunggulan bagi para militan.
“Saat Anda memasukinya, terowongannya sangat sempit, gelap, dan lembab, dan Anda dengan cepat kehilangan kesadaran akan ruang dan waktu. Anda memiliki ketakutan akan hal yang tak diketahui, siapa yang akan datang? Apakah ini akan menjadi penyergapan? Tidak ada yang bisa datang dan menyelamatkan Anda. Anda hampir tidak dapat berkomunikasi dengan dunia luar, dengan unit Anda,” kata Richemond-Barak.
Medan perang semacam itu juga dapat memaksa militer Israel terlibat baku tembak yang dapat mengakibatkan para sandera terbunuh secara tidak sengaja. Perangkap bahan peledak juga bisa mengancam, mengubur hidup-hidup baik tentara maupun sandera.***dtc/mpc/bs