Tel Aviv(MedanPunya) Israel menyambut era baru dalam hubungannya dengan dunia Arab pada Jumat (23/10), setelah pengumuman rencana untuk normalisasi hubungan dengan Sudan, sebuah perjanjian yang digambarkan Palestina sebagai “tikaman baru di belakang”.
“Ini adalah era baru. Era kedamaian sejati. Perdamaian yang berkembang dengan negara-negara Arab lainnya, 3 di antaranya dalam beberapa pekan terakhir,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan video pada Jumat (23/10).
Israel telah mencapai kesepakatan normalisasi bulan lalu dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain.
“Di Khartoum, ibu kota Sudan, tiga prinsip dari Liga Arab diadopsi pada 1967: Tidak ada perdamaian dengan Israel, tidak ada pengakuan atas Israel, dan tidak ada negosiasi dengan Israel,” kata Netanyahu.
“Sedangkan hari ini, Khartoum mengatakan, ya untuk perdamaian dengan Israel, ya untuk pengakuan Israel dan normalisasi dengan Israel,” lanjutnya.
Baru-baru ini pendekatan Israel dengan beberapa tetangga Arabnya mencerminkan pergeseran prioritas regional, dan keprihatinan bersama tentang Iran.
Namun, Palestina mengatakan negara-negara Arab telah mengesampingkan tujuan perdamaian, yaitu tentang tuntutan lama untuk Israel menyerahkan tanah kepada negara Palestina sebelum dapat menerima pengakuan.
“Kepresidenan Palestina menekankan kecamannya dan penolakannya terhadap normalisasi hubungan dengan negara Israel yang menduduki, yang menempati tanah Palestina,” kata sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kantor Presiden Palestina Mahmoud Abbas, di Ramallah di Tepi Barat yang diduduki Israel.
Wasel Abu Youssef, seorang anggota senior dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang dibentuk Abbas, mengatakan langkah Sudan “merupakan tikaman baru di belakang untuk rakyat Palestina dan pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina yang adil”.
Pengumuman kesepakatan Israel dengan negara Arab ketiga, Sudan, yang ditengahi oleh AS berlangsung kurang dari 2 pekan sebelum Presiden Donald Trump menghadapi hasil pemilihan presiden, pada 3 November.
Netanyahu memberikan pernyataan dalam Twitter tentang kesepakatan itu, termasuk dalam bahasa Arab, dan berterima kasih kepada Trump dan timnya atas peran mereka dalam memediasi kesepakatan itu.
Dia mengatakan delegasi Israel dan Sudan akan segera bertemu untuk membahas kerja sama di berbagai bidang termasuk pertanian dan perdagangan.
Namun, selama panggilan telepon dengan Trump, sekutu dekatnya ini menghindari komentar dari Trump yang merendahkan lawannya Joe Biden, yang memimpin dalam jajak pendapat.
“Apa menurutmu Sleepy Joe bisa membuat kesepakatan ini, Bibi, Sleepy Joe…Entah kenapa menurutku tidak,” tanya Trump kepada Netanyahu saat menelepon.
Netanyahu, yang bergantung pada dukungan bipartisan untuk Israel di Washington, menjawab, “Uh…satu hal yang dapat saya sampaikan kepada Anda adalah kami menghargai bantuan untuk perdamaian dari siapa pun di Amerika.”
Fawzi Barhoum, juru bicara kelompok Islam Hamas yang berkuasa di Gaza, mengatakan kepada Reuters bahwa langkah Sudan adalah sebuah langkah ke “arah yang salah”.
Sudan, di bawah Presiden Omar Bashir yang digulingkan tahun lalu setelah 30 tahun berkuasa, adalah sekutu lama Hamas.
“Sudan bergabung dengan negara lain dalam normalisasi hubungan dengan pendudukan Israel akan mendorong musuh Zionis untuk melakukan lebih banyak kejahatan dan lebih banyak pelanggaran terhadap rakyat Palestina,” kata Barhoum.***kps/mpc/bs