Korsel: Pabrik Senjata Korut Beroperasi Penuh untuk Pasok Rusia

Seoul(MedanPunya) Dalam perangnya melawan Ukraina, Rusia belakangan dilaporkan banyak dibantu oleh persenjataan dari Korea Utara. Nah, pihak Korea Selatan pabrik amunisi Korea Utara beroperasi dengan kapasitas penuh dalam memproduksi senjata dan peluru untuk Rusia

Menteri Pertahanan Korsel, Shin Won-sik, menyebut bahwa senjata dan peralatan militer yang termasuk jutaan peluru artileri, dikirimkan dari Korut ke Rusia. Sebagai gantinya, Rusia mengirimkan makanan dan kebutuhan lain untuk Korut.

Disebutkan pula bahwa sejak Agustus 2023, Korut telah mengapalkan sekitar 6.700 kontainer ke Rusia, yang dapat mengakomodasi lebih dari 3 juta peluru artileri 152 mm atau lebih dari 500 ribu peluru 122 mm untuk peluncur roket. Rusia pun membalas dengan mengirimkan kontainer untuk suplai makanan ke Korut.

“Pabrik senjata Korut untuk ekspor non Rusia beroperasi dalam kapasitas 30% karena keterbatasan bahan mentah dan listrik, tapi pabrik yang memproduksi senjata dan peluru artileri untuk Rusia beroperasi dalam kapasitas penuh,” cetus Shin.

Adapun Departemen Luar Negeri Amerika Serikat baru-baru ini bahkan mengklaim sudah lebih dari 10 ribu kontainer dikirimkan dari Korut ke Rusia, yang berarti jauh lebih tinggi dari estimasi Korsel.

Rusia membutuhkan pasokan amunisi dan peluru baru usai menderita banyak korban jiwa dan peralatan perang selama lebih dari dua tahun invasi ke Ukraina. Kedua belah pihak saling baku tembak setiap hari, terus mengurangi pasokan amunisi.

Kemajuan Rusia baru-baru ini di Avdiivka, kota yang berada di garis depan, menunjukkan Rusia masih kuat. Sedangkan Ukraina saat ini tengah menghadapi tantangan di berbagai bidang, termasuk berjuang dengan pasukan yang semakin berkurang dan pasokan senjata yang mulai ngadat, baik dari Amerika Serikat ataupun negara barat lainnya.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan pejabat Ukraina lain mengatakan Avdiivka jatuh karena pasukan tak punya cukup amunisi untuk mempertahankannya. Zelensky menyebut jutaan orang bisa mati di Ukraina jika anggota parlemen AS tak menyetujui permintaan bantuan Presiden Joe Biden senilai USD 60 miliar untuk Kyiv.

Ia menambahkan bahwa tanpa bantuan AS, Ukraina tidak hanya akan kesulitan memperoleh kemajuan di medan perang namun juga akan kesulitan mempertahankan diri pada tahun ini.***dtc/mpc/bs

 

Berikan Komentar:
Exit mobile version