Pyongyang(MedanPunya) Korea Utara (Korut) dilaporkan telah mengaktifkan kembali reaktor nuklirnya yang digunakan dalam pemrosesan produksi plutonium. Badan energi atom Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyebut perkembangan tersebut ‘sangat meresahkan’.
Perkembangan terbaru di reaktor nuklir Yongbyon — kompleks nuklir utama Korut — ini mengindikasikan Korut sedang memperluas program senjata terlarangnya dan terjadi saat perundingan nuklir Korut dan Amerika Serikat (AS) terhenti.
Pemimpin Korut, Kim Jong-Un, menawarkan untuk membongkar kompleks nuklir Yongbyon dalam pertemuan kedua dengan Presiden AS, Donald Trump, beberapa tahun lalu. Tawaran itu sebagai imbalan untuk pencabutan sanksi AS. Namun akhirnya ditolak.
Korut berada di bawah sanksi-sanksi internasional terkait program senjata nuklir dan rudal balistiknya, yang mengalami perkembangan pesat di bawah Kim Jong-Un.
“Sejak awal Juli, sudah ada indikasi, termasuk pembuangan air pendingin, yang konsisten dengan operasional reaktor,” sebut badan energi atom PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), dalam laporan tahunannya.
Reaktor Yongbyon diyakini tidak aktif sejak Desember 2018 hingga laporan IAEA itu dirilis pada Jumat (27/8) lalu. Para pemeriksa IAEA telah diusir keluar dari Korut tahun 2009, dan sejak saat itu pemantauan dilakukan dari luar.
Dugaan diaktifkannya kembali reaktor nuklir Korut itu mengikuti indikasi terbaru bahwa Pyongyang juga menggunakan laboratorium radiokimia terdekat untuk memisahkan plutonium dari sisa bahan bakar yang sebelumnya dikeluarkan dari reaktor.
IAEA dalam laporannya menyebut pertanda reaktor dan laboratorium beroperasi kembali ‘sangat meresahkan’. Ditegaskan IAEA bahwa aktivitas itu merupakan ‘pelanggaran jelas’ terhadap resolusi PBB.
Dalam pernyataan terpisah, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS menyatakan AS mengetahui laporan IAEA itu dan melakukan koordinasi secara erat dengan negara-negara mitranya.
“Laporan ini menggarisbawahi keperluan mendesak untuk dialog dan diplomasi aga kita bisa mencapai denuklirisasi sepenuhnya di Semenanjung Korea,” sebut pejabat senior AS itu.
“Kami terus mengupayakan dialog dengan DPRK (Korut-red) agar kami bisa mengatasi aktivitas yang dilaporkan ini dan serangkaian masalah terkait denuklirisasi,” imbuhnya.
Utusan AS untuk Korut, Sung Kim, pekan lalu menegaskan kembali keinginannya untuk bertemu mitranya di Korut ‘di mana saja, kapan saja’.***dtc/mpc/bs