Pyongyang(MedanPunya) Sejumlah mantan tentara wanita Korea Utara (Korut) mengungkapkan pengalaman pahit dan kelam mereka selama bergabung dengan militer rezim komunis itu. Selain menyebut militer Korut kejam dan tanpa ampun, mantan tentara wanita Korut juga menceritakan perlakuan tidak manusiawi yang mereka alami.
Salah satu mantan tentara Korut itu bernama Kim Dan Geum, yang bergabung dengan militer Pyongyang pada usia 17 tahun atau segera setelah dia lulus dari sekolah menengah. Kim menuturkan alasannya bergabung untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Bergabung dengan militer diketahui menjadi salah satu cara mendapatkan keanggotaan dalam Partai Buruh Korea, yang nantinya akan membuka banyak peluang dan hak istimewa seperti jatah makanan yang meningkat, pekerjaan lebih dan gaji lebih tinggi.
Kim menuturkan bagaimana dirinya pada awalnya terkagum-kagum saat melihat para tentara wanita yang begitu cantik mengenakan seragam militer mereka. Namun kekaguman itu hilang setelah Kim bergabung dengan Tentara Rakyat Korea, nama resmi militer Korut.
“Ketika Anda bergabung, Anda tidak bisa menganggap diri Anda sebagai wanita muda. Tidak ada waktu untuk berdandan (dan merias wajah). Cuaca di Pyongyang sangat dingin, dan saya harus bekerja di tengah angin yang menggigit. Saya harus membuat lubang di es untuk mencuci rambut dan pakaian saya,” tutur Kim.
“Saya selalu kelaparan sepanjang waktu. Jatah makanannya tidak cukup. Makanannya adalah semangkuk nasi dengan sup kubis dan sedikit lobak dan kubis yang diasinkan,” ujar Kim mengenang masa lalunya.
“Juga, kami tidak mendapatkan pembalut, malahan mereka memberikan kami kain kasa sepanjang satu meter, yang saya potong menjadi empat bagian untuk digunakan, bahkan mencuci dan menggunakannya kembali. Bahkan sebagai perwira, kami tidak mendapatkan pembalut,” ucapnya.
Kim melarikan diri dari Korut tahun 2009 dan tiba di Korea Selatan (Korsel) sekitar dua tahun kemudian. Saat ini, Kim mengelola sebuah channel YouTube yang secara khusus membahas soal pengalamannya di militer Korut.
Penuturan Kim itu memberikan gambaran langka untuk kehidupan wanita Korut dalam militer. Dari total 1,15 juta personel militer Korut, menurut data otoritas Korsel, sekitar 20 persen di antaranya merupakan wanita.
Setiap pria berbadan sehat harus mengabdi pada militer selama 7-8 tahun. Sementara wanita yang bergabung militer hanya akan mengabdi selama 5 tahun, dengan pendaftaran dilakukan secara sukarela. Namun beberapa tahun terakhir, otoritas Pyongyang sangat mendorong wanita untuk bergabung dengan militer, hingga akhirnya itu secara praktis menjadi kewajiban.
Di Korut, para tentara pada dasarnya dipandang sebagai buruh gratis bagi pemerintah. Selain mendapatkan pelatihan militer, para tentara dikirimkan untuk bekerja di lahan pertanian dan proyek pembangunan, dengan wanita mendapatkan beban kerja fisik yang sama beratnya dengan pria.
Seorang mantan tentara Korut lainnya, Son Na Jung, menuturkan kepada Radio Free Asia bahwa tentara yang telah menyelesaikan paruh pertama pelatihan, langsung dikirim untuk menjadi buruh. Tidak ada pembedaan antara tentara pria dan wanita tidak peduli seberapa berat pekerjaan yang dilakukan.
“Di Korea Utara, semua diangkut oleh manusia. … Saya sudah berkali-kali membawa bebatuan dengan tandu,” tutur Son yang berpangkat Sersan dalam Komando Pertahanan Ibukota saat dia keluar dari militer Korut.
“Ketika Anda bergabung militer, jenis kelamin tidak dianggap. Kita semua hanyalah tentara, jadi (pekerjaan) harus dilakukan oleh pria maupun wanita. Bahkan jika Anda seorang wanita, Anda harus berpartisipasi,” ujarnya.***dtc/mpc/bs