Washington DC(MedanPunya) Iran masih punya kemampuan dan melanjutkan pengayaan uranium untuk membuat bom nuklir dalam beberapa bulan meski fasilitasnya rusak akibat diserang Amerika Serikat (AS) dan Israel.
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi dalam wawancara dengan CBS News pada Sabtu (28/6).
Grossi mengatakan, fasilitas nuklir Iran memang mengalami kerusakan yang sangat serius akibat serangan AS dan Israel. Baca juga: Kisah di Balik Qatar Tak Balas Serangan Iran, Ada Pesan Berantai Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengeklaim serangan AS ke fasilitas nuklir Iran telah meluluhlantakkan situs Fordo, Natanz, Isfahan. Penilaian intelijen awal menunjukkan bahwa serangan itu berhasil tetapi membuat program Iran mundur beberapa bulan, bukan tahun.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengeklaim serangan AS ke fasilitas nuklir Iran telah meluluhlantakkan situs Fordo, Natanz, Isfahan.
Penilaian intelijen awal menunjukkan bahwa serangan itu berhasil tetapi membuat program Iran mundur beberapa bulan, bukan tahun.
“Apa yang terjadi khususnya di Fordo, Natanz, Isfahan, tempat Iran dulu dan masih memiliki, sampai tingkat tertentu, kemampuan dalam hal pengolahan, konversi, dan pengayaan uranium telah hancur hingga tingkat yang penting,” kata Grossi.
“Beberapa masih berdiri. Jadi, tentu saja, ada kemunduran penting dalam hal kemampuan tersebut,” lanjutnya.
Grossi pun menjelaskan apa yang masih tersisa di Iran.
“Kapasitas yang mereka miliki ada di sana. Mereka dapat memiliki, dalam hitungan bulan, beberapa kaskade centrifuges berputar dan memproduksi uranium yang diperkaya, atau kurang dari itu,” papar Grossi.
Dia menambahkan, tidak ada satu orang pun yang bisa mengeklaim bahwa semuanya telah hilang dan tidak ada apa pun di Iran.
Grossi juga berharap agar petugas dan pejabat IEAE dapat kembali ke lokasi untuk melakukan asesmen.
“Meskipun tugas kami bukan untuk menilai kerusakan, tetapi untuk membangun kembali pengetahuan tentang aktivitas yang terjadi di sana, dan akses ke material, yang sangat, sangat penting, material yang akan mereka hasilkan jika mereka melanjutkan aktivitas ini,” papar Grossi.
“Ini bergantung pada negosiasi, yang mungkin atau mungkin tidak dimulai kembali,” lanjutnya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi pada Jumat (27/6) mengatakan bahwa fasilitas nuklirnya telah rusak parah.
Dia menambahkan, desakan Grossi untuk mengunjungi lokasi yang dibom dengan dalih perlindungan tidak ada artinya dan bahkan mungkin bermaksud jahat.
Serangan AS pada Minggu (22/6) menyasar tiga situs nuklir Iran yakni Natanz, Fordo, dan Isfahan.
Dalam serangannya, AS mengerahkan tujuh bomber B-2 bersayap kelelawar dan menjatuhkan menjatuhkan 14 rudal penembus bunker GBU-57 Massive Ordnance Penetrators (MOP), masing-masing beratnya sekitar 13 ton.
Di Fordo, fasilitas bawah tanah yang dijaga ketat di Iran, Trump mengeklaim pesawat membawa muatan penuh bom dan dijatuhkan di sana.
Sedangkan Natanz adalah salah satu fasilitas nuklir yang menjadi sasaran serangan Israel pada Jumat (13/6) pekan lalu, hari pertama perang Iran-Israel selama sepekan terakhir.
Sementara itu, Isfahan diyakini menjadi tempat Iran menyimpan uranium yang diperkaya dengan mutu mendekati bom.
Presiden AS Donald Trump menyatakan, serangan tersebut melenyapkan fasilitas dan kemampuan nuklir Iran.
“Sejumlah muatan penuh bom dijatuhkan di Fordo. Fordo sudah lenyap,” tulis Trump di media sosial Truth Social miliknya.***kps/mpc/bs