Tel Aviv(MedanPunya) Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan permintaan maaf atas serangan mematikan Hamas terhadap negara tersebut pada 7 Oktober tahun lalu. Netanyahu sebelumnya menolak untuk meminta maaf atas kegagalan keamanan saat serangan terburuk itu melanda Israel.
Permintaan maaf itu disampaikan Netanyahu dalam wawancara dengan majalah terkemuka TIME yang diterbitkan pada Kamis (8/8) waktu setempat.
Dalam wawancara itu, sang PM Israel ditanya apakah dirinya akan meminta maaf kepada rakyat Israel karena Hamas bisa melancarkan serangan terhadap negara tersebut pada 7 Oktober 2023, yang memakan banyak korban jiwa dan memicu perang tanpa henti di Jalur Gaza.
“Meminta maaf?” ucap Netanyahu mengulangi pertanyaan majalah TIME kepadanya dalam wawancara tersebut.
“Tentu saja, tentu saja. Saya meminta maaf, sedalam-dalamnya, bahwa hal seperti ini terjadi. Dan Anda selalu melihat ke belakang dan berkata, ‘Bisakah kita melakukan hal-hal yang bisa mencegahnya?'” katanya.
Namun dalam pernyataannya itu, Netanyahu tidak secara eksplisit mengklaim tanggung jawab atas terjadinya serangan mematikan Hamas tersebut.
Netanyahu yang menjadi PM Israel yang paling lama menjabat ini, telah sejak lama menyatakan dirinya sebagai pelindung teguh untuk keamanan Israel.
Tak lama setelah serangan Hamas pada Oktober tahun lalu, Netanyahu mengunggah postingan ke media sosial yang isinya menyebut badan intelijen Israel gagal mengantisipasi operasi Hamas dan memperingatkan dirinya.
Postingan itu menuai kritikan publik Israel sehingga Netanyahu menghapusnya dan memintaa maaf untuk postingan media sosial itu. Pada saat itu, banyak warga Israel yang menuduh Netanyahu mengalihkan kesalahan ke pihak lain dan membahayakan persatuan nasional.
Netanyahu sendiri sebelumnya menolak meminta maaf atas kegagalan keamanan yang memampukan Hamas menyerang Israel. Dia selalu menegaskan dirinya fokus untuk menghancurkan kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza.
Serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, menurut pehitungan AFP yang didasarkan pada data pemerintah Israel, telah menewaskan sekitar 1.200 orang dan membuat lebih dari 250 orang lainnya disandera di Jalur Gaza. Serangan Hamas itu tercatat sebagai serangan paling mematikan dalam sejarah Israel.
Serangan itu memicu balasan dari Israel yang terus menggempur Jalur Gaza, selama 10 bulan terakhir, dalam upaya menghancurkan Hamas. Menurut otoritas kesehatan Gaza, yang dikelola Hamas, sedikitnya 39.677 orang tewas akibat rentetan serangan Israel sejauh ini.
Dalam wawancara tersebut, Netanyahu menegaskan kembali bahwa tujuan perang Gaza adalah untuk menghancurkan Hamas sehingga kelompok itu tidak bisa memberikan ancaman apa pun di masa depan bagi Israel.
Ketika ditanya apakah dirinya bersedia menerima perjanjian gencatan senjata yang akan membebaskan semua sandera, namun hal itu tidak akan mengakhiri kendali Hamas atas Jalur Gaza, Netanyahu menjawab: “Tidak, menurut saya tidak demikian.”
“Dan saya pikir ada konsensus luas di Israel bahwa jika kita melakukan hal itu, maka kita hanya akan mengalami pengulangan. Akan ada penyanderaan di masa mendatang, akan ada tanggal 7 Oktober di masa depan, dan hal-hal yang lebih buruk bisa saja terjadi,” cetusnya.
“Satu-satunya opsi bagi Israel adalah mencapai kedua tujuan tersebut: Membebaskan semua sandera dan memenangkan perang,” tegas Netanyahu.***dtc/mpc/bs