Netanyahu Ultimatum Hamas: Bebaskan Sandera Hari Sabtu atau Gencatan Senjata Berakhir

Yerusalem(MedanPunya) Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan pada Selasa (11/2) bahwa gencatan senjata di Gaza akan berakhir dan militer negaranya akan melanjutkan pertempuran terhadap Hamas sampai mereka dikalahkan jika kelompok Palestina itu tidak membebaskan para sandera pada Sabtu tengah hari mendatang.

Menanggapi ultimatum Netanyahu, Hamas mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengaskan komitmennya terhadap gencatan senjata dan menuduh Israel membahayakan kesepakatan tersebut.

Pengumuman Israel itu keluar setelah Netanyahu bertemu dengan beberapa menteri penting di kabinetnya, termasuk menteri pertahanan, menteri luar negeri, dan menteri keamanan nasional. Menurut Netanyahu, para menteri itu memberikan dukungan penuh terhadap ultimatum tersebut.

Setelah hampir 16 bulan berperang, Hamas secara bertahap melepaskan sejumlah sandera sejak fase pertama gencatan senjata dimulai pada 19 Januari lalu. Namun pada Senin lalu Hamas mengatakan tidak akan membebaskan sandera lagi sampai ada pemberitahuan lebih lanjut. Pasalnya, Hamas menuduh Israel melanggar perjanjian gencatan senjata tersebut.

“Jika Hamas tidak mengembalikan sandera kami pada Sabtu siang, gencatan senjata akan berakhir dan IDF (militer Israel) akan kembali melakukan pertempuran sengit sampai Hamas akhirnya dikalahkan,” ujar Netanyahu.

Belum jelas apakah maksud Netanyahu adalah Hamas membebaskan semua sandera yang ditahan di Gaza atau hanya tiga sandera yang telah dijadwalkan akan dibebaskan pada Sabtu itu sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata.

Presiden AS, Donald Trump, yang merupakan sekutu dekat Israel, juga telah mengatakan agar Hamas harus membebaskan semua sandera pada Sabtu mendatang.

Netanyahu menegaskan, dia telah memerintahkan militer untuk mengumpulkan pasukan di dalam dan di sekitar Gaza. Tak lama setelah pernyataan Netanahu itu, militer Israel mengumumkan penempatan tambahan pasukan ke Israel selatan, termasuk mobilisasi pasukan cadangan.

Seorang pejabat Hamas sebelumnya mengatakan bahwa para sandera Israel hanya bisa dipulangkan jika gencatan senjata dipatuhi. Pejabat itu menepis “bahasa ancaman” Trump saat Trump mengatakan dia akan “membiarkan kekacauan terjadi” jika para sandera tidak dibebaskan.

“Trump harus ingat bahwa ada kesepakatan yang harus dihormati oleh kedua belah pihak, dan ini adalah satu-satunya jalan untuk memulangkan para tahanan (Israel),” kata pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri.

Hamas sebelum mengatakan, Israel melanggar gencatan senjata dengan melakukan sejumlah penembakan mematikan serta menunda pengiriman bantuan dan menghambat kembalinya warga Gaza ke Jalur Gaza bagian utara.

Israel membantah telah menahan bantuan dan mengatakan bahwa pihaknya menembaki orang-orang yang mengabaikan peringatan untuk tidak mendekati pasukan Israel.

Sejauh ini, 16 dari 33 sandera telah dibebaskan sebagai bagian dari fase pertama kesepakatan gencatan senjata selama 42 hari. Lima sandera asal Thailand juga dibebaskan dalam pembebasan di luar jadwal.

Sebagai imbalan, Israel telah membebaskan ratusan tahanan dan narapidana Palestina, termasuk mereka yang menjalani hukuman seumur hidup karena melakukan serangan mematikan serta tahanan yang ditangkap selama perang dan ditahan tanpa melali proses hukum.

Sebuah kelompok yang mewakili keluarga para sandera di Israel mendesak Netanyahu untuk tetap berpegang pada perjanjian gencatan senjata.

“Kita tidak boleh mundur. Kita tidak bisa membiarkan para sandera menderita di tahanan,” kata forum sandera itu.

Menurut laporan media Israel, sebanyak 76 sandera masih ditahan di Gaza, dan lebih dari 35 orang di antaranya diyakini telah tewas.***kps/mpc/bs

 

Berikan Komentar:
Exit mobile version