Jakarta(MedanPunya) Presiden Rusia Vladimir Putin disebut-sebut telah membangunkan raksasa yang tertidur saat melancarkan serangan ke Ukraina. Raksasa itu adalah negara-negara Eropa, yang menyatakan sikap berlawanan terhadap aksi Rusia itu.
Pakar militer Eropa, Nicholas Drummond, menyatakan saat ini Benua Biru itu sedang menyatakan solidaritasnya. Ini dapat mengacaukan rencana Putin untuk berhasil di Ukraina.
“Scholz + Jerman dalam kemitraan dengan Macron dan Prancis, Johnson dan Inggris, Biden dan Amerika, Morawiecki dan Polandia, dan banyak lainnya, menunjukkan lebih banyak yang menyatukan kita daripada memisahkan kita,” ujarnya sambil menjelaskan manuver pemimpin Eropa dan Amerika Serikat (AS) dikutip dari akun Twitternya.
“Solidaritas dengan Ukraina seperti itu menunjukkan bahwa rencana Rusia untuk memasukkannya sudah hancur,” sambungnya
Pakar itu kemudian menjelaskan rencana Putin untuk perang pendek juga sekarang dengan cepat menjadi angan-angan. Diketahui, serangan sudah masuk ke hari ke-121 dan Rusia masih belum dapat menguasai ibu kota Ukraina, Kyiv.
“Hari ini, Scholz menyatakan komitmennya ke Ukraina selama itu membutuhkan dukungan Jerman adalah pengakuan yang jelas bahwa Putin tidak akan diizinkan untuk berhasil di Ukraina. Putin telah membangunkan raksasa yang sedang tidur,” tambahnya.
Putin sendiri mendeklarasikan serangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Presiden negara itu, Vladimir Putin, beralasan bahwa aksi militer ini diperlukan untuk melindungi masyarakat berbahasa Rusia di negara itu yang menurutnya telah mendapatkan persekusi dari kaum nasionalis Kyiv.
Selain itu, ia juga berpandangan bahwa niatan Ukraina untuk bergabung kepada aliansi pertahanan pimpinan AS, NATO, juga telah mengancam keamanan negara. Pasalnya, NATO merupakan rival dari Moskow dan Kyiv dapat menggunakan pasal 5 aliansi itu untuk menyerang beberapa wilayah yang telah dikuasai Rusia sejak 2014 lalu seperti Krimea.
Meski berukuran lebih kecil, Ukraina sendiri sejauh ini masih mendapatkan dukungan persenjataan yang kuat dari negara-negara Uni Eropa. Terbaru, Jerman bahkan mengirimkan senjata Howitzer self-propelled untuk membantu negara itu menghadang Rusia.
Meski begitu, Berlin dan negara Eropa lainnya masih bergantung pada pasokan energi yang diberikan dari Rusia. Saat ini, Moskow menyebut pasokan itu disebut sedang dikurangi karena adanya perbaikan turbin pipa. Ini kemudian memunculkan kekhawatiran baru terkait krisis energi.
Sementara itu, dalam serangan di hari ke-121, Rusia dan Ukraina masih sengit bertarung di wilayah Severodonetsk. Meski begitu, sejauh ini Moskow dilaporkan unggul dengan menguasai sekitaran kota itu.***cnbc/mpc/bs