New Delhi(MedanPunya) Seorng anggota pasukan khusus India keturunan Tibet dilaporkan tewas dalam bentrok perbatasan melawan tentara China.
Kematian prajurit itu merupakan yang pertama kali terkonfirmasi pada dua insiden yang dilaporkan dalam 48 jam terakhir di perbatasan Himalaya.
Peristiwa itu juga menjadi babak baru ketegangan di perbatasan sejak tentara India dan China baku pukul pada Juni, di mana 20 personel “Negeri Bollywood” tewas.
Dua negara, yang saling berebut Lembah Galwan sejak 1952, saling menuding sudah melakukan pelanggaran untuk memperluas teritori mereka.
Tudingan pertama pelanggaran Garis Kontrol Aktual (LAC) pertama muncul pada Sabtu pekan lalu (29/8), kemudian muncul lagi Senin (31/8).
Kedua belah pihak tidak menyebut jumlah korban. Namun keterangan berbeda disampaikan Dolkar Lhagyari, anggota parlemen Tibet.
Dia mengaku ada anggota pasukan khusus yang “menjadi martir” dalam bentrok yang terjadi Sabtu malam.
Politisi yang kini dalam masa pengasingan itu menuturkan, banyak juga anggota unit itu, berasal dari etnis Tibet, terluka.
Dalam insiden terbaru, Kementerian Pertahanan India mengklaim bahwa negara tetangganya “melakukan provokasi dengan menggerakkan militer” pada Sabtu.
Sementara melalui kementerian luar negerinya, New Delhi menyebut “Negeri Panda” adalah dalang insiden terbaru pada Senin, bahkan ketika dua komandan masih terlibat diskusi.
Media setempat mengutip sumber internal militer melaporkan, tentara China berusaha mengambil alih puncak bukit yang secara tradisional diklaim Delhi.
Puncak bukit tersebut terletak di sekitar Pangong Tso, sebuah danau yang berlokasi sekitar 4.200 meter dari permukaan laut.
Sementara harian The Business Standard memberitakan, pasukan khusus India (SFF) mengambil alih tempat yang dianggap sebagai wilayah “Negeri Panda”.
Sementara Beijing menyatakan bahwa justru negara yang terkenal dengan Taj Mahal itu sudah melanggar kedaulatan mereka, dan meminta militer mereka ditarik.
Sejak baku pukul melibatkan tongkat hingga batu Juni lalu, dua negara berpopulasi terbesar dunia itu disebut mengerahkan puluhan ribu tentara ke perbatasan.
Selain itu, insiden tersebut juga berimbas pada perekonomian, di mana publik kini menekan agar pemeirntah melakukan boikot produk China.
Selain melarang aplikasi seperti TikTok, Delhi juga membekukan kontrak perusahaan China, dan menahan barang-barang mereka di bea cukai.***kps/mpc/bs