Washington DC(MedanPunya) Sejumlah pejabat Amerika Serikat (AS) tidak satu suara mengenai kelanjutan bantuan dana perang untuk Ukraina melawan invasi Rusia.
Kepala Kantor Manajemen dan Anggaran Gedung Putih Shalanda Young saat berbicara di program Face the Nation stasiun tv CBS pada Minggu (10/12) menegaskan kembali situasi tersebut, dan memperingatkan keamanan nasional AS juga dapat terpengaruh.
“Apa yang terjadi jika Putin bergerak melewati Ukraina, apa yang terjadi selanjutnya? Negara-negara NATO, putra dan putri kita, berisiko menjadi bagian dari konflik yang lebih besar,” ujarnya.
Namun, Partai Republik tetap skeptis. Senator JD Vance yang merupakan sekutu dekat mantan presiden AS Donald Trump menolak ide bahwa Putin akan membahayakan negara-negara NATO.
Saat diwawancarai CNN pada Minggu, dia menentang pemberian “cek kosong” untuk Ukraina.
“Anda perlu mengartikulasikan apa ambisinya. Apa yang bisa dicapai 61 miliar dollar AS (Rp 946,4 triliun), sedangkan 100 miliar dollar AS (Rp 1,5 kuadriliun) saja belum bisa?” ujar Vance.
“Apa yang menjadi kepentingan terbaik Amerika adalah menerima Ukraina harus menyerahkan sebagian wilayahnya kepada Rusia dan kita perlu mengakhiri perang.”
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden pada Rabu (6/12) mendorong anggota-anggota parlemen AS yang bertikai segera memberikan bantuan militer ke Kyiv.
Ia pun memperingatkan, Putin tidak akan berhenti berurusan dengan Ukraina dan mungkin akan bersinggungan dengan NATO.
Politisi Partai Demokrat itu mengaku siap berkompromi dengan Partai Republik yang menolak anggaran bantuan 60 miliar dollar AS ke Ukraina.
Partai Republik hanya mau menyetujuinya jika ada tindakan keras terhadap migran di perbatasan AS-Meksiko.
“Ini tidak bisa ditunda,” kata Biden dalam pidatonya di Gedung Putih.
“Sejujurnya, menurut saya sungguh menakjubkan kita sampai di titik ini, di mana Partai Republik di Kongres bersedia memberikan Putin hadiah terbesar yang dapat ia harapkan.”
Perselisihan ini menunjukkan tanda-tanda dukungan Barat terhadap Ukraina menurun ketika serangan balasan Kyiv melemah dan pasukan Moskwa berupaya mencatatkan kemajuan baru.
Serangan Ukraina menggunakan senjata Barat bernilai miliaran dollar AS, tetapi kondisi garis depan hampir tidak berubah selama lebih dari setahun dan serangan Rusia semakin intensif.
Pada awal Desember 2023, Putin menandatangani dekrit untuk meningkatkan pasukan Rusia 15 persen sehingga menambah jumlah tentaranya menjadi 170.000 orang.
Departemen Luar Negeri AS pada Rabu mengumumkan bantuan sementara 175 juta dollar AS (Rp 2,72 triliun) untuk Ukraina yang mencakup roket, peluru, rudal, dan amunisi HIMARS.***kps/mpc/bs