Teheran(MedanPunya) Setelah serangan yang membunuh ilmuwan nuklir Iran pada Jumat (27/11), sebuah opini keras muncul di surat kabar lokal pada Minggu (29/11) yang menyarankan pemerintah untuk menyerang pelabuhan Haifa, Israel.
Serangan itu dikatakan perlu dilakukan, jika terbukti Israel terbukti melakukan serangan terhadap ilmuwan nuklir terkemuka Iran, Mohsen Fakhrizadeh.
Surat kabar lokal garis keras, Kayhan, sudah lama memperdebatkan pembalasan agresif terhadap operasi yang menargetkan Iran, tapi pada Minggu surat kabar lokal memberikan opini lebih keras.
Serangan balasan diarahkan dengan cara menghancurkan fasilitas dan “juga menyebabkan banyak korban jiwa”.
Israel yang selama ini dicurigai telah membunuh banyak ilmuwan nuklir Iran selama dekade terakhir, belum berkomentar tentang pembunuhan Fakhrizadeh pada Jumat.
Para pejabat Iran dengan tegas menyalahkan Israel atas serangan itu, meningkatkan ketegangan baru yang dapat melanda kawasan itu, termasuk pasukan AS yang ditempatkan di Teluk Persia dan sekitarnya.
Kayhan menerbitkan artikel yang ditulis oleh analis Iran, Sadollah Zarei, yang berpendapat reaksi Iran sebelumnya terhadap dugaan serangan udara Israel yang menewaskan pasukan Pengawal Revolusi di Suriah tidak cukup untuk menghalangi Israel.
Menyerang pelabuhan Haifa dan membunuh sejumlah besar orang “pasti akan mendapat pencegahan, karena Amerika Serikat dan rezim Israel serta agen-agennya sama sekali belum siap untuk mengambil bagian dalam perang dan konfrontasi militer,” tulis Zarei.
Namun, dia mengatakan serangan terhadap Haifa harus lebih besar dari serangan rudal balistik Iran terhadap pasukan Amerika di Irak, setelah serangan pesawat tak berawak AS yang menewaskan seorang jenderal tinggi Iran pada Januari.
Haifa, di Laut Mediterania, telah diancam di masa lalu oleh Iran dan salah satu proksinya, kelompok militan Lebanon, Hezbollah.
Pemimpin Hezbollah Hassan Nasrallah baru-baru ini menyarankan untuk menyerang gudang amonium nitrat Haifa, pupuk yang sangat mudah meledak, seperti yang memicu ledakan mematikan di pelabuhan Beirut pada Agustus yang menewaskan 193 orang dan melukai 6.500 lainnya.
Meskipun, Kayhan adalah surat kabar dengan sirkulasi kecil di Iran, pemimpin redaksi Hossein Shariatmadari ditunjuk oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan telah digambarkan sebagai penasihatnya di masa lalu.
Parlemen Iran pada Minggu mengadakan sidang tertutup tentang pembunuhan Fakhrizadeh. Setelah itu, ketua parlemen Mohammad Baqer Ghalibaf mengatakan musuh Iran harus dibuat menyesal telah membunuhnya.
“Musuh kriminal tidak menyesal kecuali dengan reaksi yang keras,” kata Ghalibaf dalam siaran radio pemerintah Iran.
Televisi pemerintah menyiarkan gambar peti mati Fakhrizadeh yang diterbangkan ke Masyhad, kota suci Syiah di timur Iran, ke tempat suci Imam Reza.
Analis membandingkan Fakhrizadeh setara dengan Robert Oppenheimer, ilmuwan yang memimpin Proyek Manhattan Amerika dalam Perang Dunia II yang menciptakan bom atom.
Fakhrizadeh mengepalai apa yang disebut program AMAD Iran yang diduga Israel dan Barat sebagai operasi militer yang melihat kelayakan untuk membangun senjata nuklir.
Badan Energi Atom Internasional mengatakan bahwa “program terstruktur” berakhir pada 2003. Iran telah lama mempertahankan program nuklirnya untuk tujuan damai.
Pembunuhan Fakhrizadeh kemungkinan akan memperumit rencana Presiden terpilih Joe Biden, yang mengatakan pemerintahannya akan mempertimbangkan untuk memasukan AS kembali ke kesepakatan nuklir Teheran dengan kekuatan dunia.
Ini juga meningkatkan risiko konflik terbuka dalam minggu-minggu yang tersisa pemerintahan Presiden Donald Trump, yang secara sepihak menarik AS dari perjanjian atom pada 2018, memulai serangkaian insiden yang meningkat antara Teheran dan Washington.***kps/mpc/bs