London(MedanPunya) Polisi Metropolitan Inggris telah membuka penyelidikan awal terhadap Asma al-Assad, istri presiden Suriah Bashar al-Assad, atas tuduhan penghasutan dan dorongan untuk melakukan tindakan terorisme.
Guernica 37 International Justice Chambers yang berbasis di London, Inggris melaporkan Ibu Negara Suriah itu ke unit kejahatan perang dari komando kontra-terorisme kepolisian, yang sekarang menilai detail rujukan untuk menentukan apakah ada cukup alasan untuk menjamin penyelidikan lebih lanjut.
Asma yang merupakan warga negara ganda Inggris-Suriah itu lahir dan besar di London, dan bekerja di sektor investasi perbankan sebelum menikah dengan Assad tak lama setelah ia menjadi presiden Suriah.
Asma bisa menghadapi kemungkinan penuntutan dan kehilangan kewarganegaraan Inggrisnya, sambil menunggu hasil penyelidikan awal.
Pengiriman bukti dari Guernica 37 – pertama kali dilaporkan oleh The Sunday Times – dilakukan tepat sebelum tanggal dimulainya perang saudara Suriah 10 tahun lalu.
Dalam sebuah pernyataan, firma hukum tersebut menuduh pemerintah Suriah melakukan pendekatan sistematis terhadap penyiksaan dan pembunuhan warga sipil, menggunakan senjata kimia dan senjata terlarang, penargetan warga sipil tanpa pandang bulu, penangkapan sewenang-wenang, penyiksaan dan pembunuhan ribuan tahanan sipil serta menggunakan kampanye propaganda untuk mendorong dan menghasut kejahatan yang dilakukan terhadap penduduk sipil.
Guernica 37 menuduh bahwa “salah satu orang berpengaruh yang diduga telah mendorong atau menghasut tindakan terorisme adalah Ibu Negara Suriah”.
Guernica 37 menambahkan: “Tidaklah pantas untuk mengomentari tuduhan tertentu atau bukti yang mendukung tuduhan tersebut. Namun, karena dia adalah warga negara Inggris, penting bagi dia untuk menghadapi penuntutan jika bukti mendukung tuduhan tersebut dan tidak hanya dicabut kewarganegaraannya.”
“Ini adalah proses yang penting, dan sudah sepantasnya keadilan disajikan di hadapan pengadilan Inggris,” imbuhnya.
Diketahui penyelidikan itu akan dilakukan di bagian unit kejahatan perang, dari komando kontraterorisme Kepolisian Metrpolitan Inggris. Penyelidikan dilakukan usai menerima rujukan pada 31 Juli 2020 terkait dengan konflik Suriah yang sedang berlangsung.
Diketahui Asma al-Assad dibesarkan di Acton, Inggris dengan nama Asma Akhras. Ia merupakan putri dari seorang ahli jantung dan menyelesaikan gelar Ilmu Komputer di King’s College London.
Dia bertemu suaminya, yang dulunya seorang ahli bedah mata, ketika Assad belajar di London selama sekitar 18 bulan. Pasangan itu kini memiliki tiga anak.
Saat ini pertempuran di Suriah telah mereda – meskipun AS dan Israel terus melancarkan serangan udara – warga Suriah secara bertahap kembali ke bagian-bagian negara yang telah dirusak oleh perang.
Menurut angka baru yang dirilis PBB, lebih dari setengah populasi sebelum perang Suriah masih terlantar secara internal di dalam Suriah atau menjadi pengungsi di negara lain.
Saat ini, Suriah menghadapi masalah-masalah baru pasca perang, termasuk penyebaran COVID-19 dan perekonomian yang hancur.***dtc/mpc/bs