Moskow(MedanPunya) Kementerian Pertahanan Rusia menuding Amerika Serikat (AS) “terlibat langsung” dalam perang di Ukraina, dan telah menyampaikan informasi intelijen yang telah menyebabkan “kematian massal warga sipil”.
AS disebut bertanggung jawab atas serangan roket oleh Kyiv di daerah berpenduduk di Donbas timur dan di daerah lain.
“Semua ini tidak dapat disangkal membuktikan bahwa Washington, bertentangan dengan klaim Gedung Putih dan Pentagon, terlibat langsung dalam konflik di Ukraina,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Rusia menuduh Gedung Putih memasok informasi penargetan yang digunakan oleh Kyiv untuk melakukan serangan rudal jarak jauh.
Klaim ini pun menempatkan peran intelijen Amerika Serikat (AS) dalam perang di Ukraina berada di bawah pengawasan.
Pemerintahan Biden sejauh ini telah memberikan lebih dari 8 miliar dollar AS (Rp 119 triliun) dalam bantuan keamanan ke Ukraina sejak invasi Rusia pada Februari. Itu sudah termasuk tambahan 550 juta dollar AS (Rp 8 triliun) yang diumumkan pada Senin (1/8).
Namun, Washington dengan tegas membantah bahwa ia adalah peserta dalam konflik atau sedang berperang dengan Rusia.
Komentar Kremlin muncul setelah wawancara yang diberikan kepada Telegraph pada Senin (1/8) oleh Vadym Skibitsky, penjabat wakil kepala intelijen militer Ukraina.
Skibitsky mengatakan sistem artileri jarak jauh Himars buatan AS sangat efektif dalam memusnahkan bahan bakar dan amunisi Rusia.
Dia mengatakan citra satelit yang sangat baik dan informasi real-time telah membantu. Tapi, dia membantah pejabat AS memberikan informasi penargetan langsung.
Dia hanya mengakui ada konsultasi antara pejabat intelijen AS dan Ukraina sebelum serangan, sehingga Washington dapat memeriksa dan jika perlu memveto target yang dimaksudkan.
Tudingan dari Rusia soal peran AS dalam perang di Ukraina tersebut dilontarkan oleh Juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova.
“Tidak diperlukan konfirmasi lain tentang keterlibatan langsung Amerika Serikat dalam permusuhan di wilayah Ukraina,” kata dia.
“Pasokan senjata tidak hanya disertai dengan instruksi tentang penggunaannya, tetapi dalam hal ini mereka melakukan fungsi penembak dalam bentuknya yang paling murni.”
AS telah memberikan Ukraina 16 sistem Himars sejauh ini. Empat lagi tiba minggu ini.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memuji senjata itu, karena memperlambat kemajuan Rusia di timur dan selatan dan menimbulkan kerusakan signifikan pada operasi musuh.
Artileri superior yang dipasok AS kemungkinan akan memainkan peran kunci dalam kemungkinan serangan balik Ukraina untuk merebut kembali kota selatan Kherson, yang direbut Rusia pada hari-hari pertama invasi.
Dalam beberapa hari terakhir Rusia telah mentransfer pasukan dan peralatan ke front selatan untuk menopang pertahanannya.
Moskwa mengklaim serangan Himars menewaskan 53 tahanan perang Ukraina dan melukai 73 lainnya pekan lalu, di sebuah penjara yang dioperasikan Rusia dekat Olenivka di wilayah Donetsk.
Kyiv mengatakan Rusia membunuh para tahanan dari resimen Azov, yang ditangkap pada Mei di Mariupol.
Pada Selasa (2/8), resimen tersebut meminta departemen luar negeri AS untuk mengakui Rusia sebagai “negara teroris”.
“Rusia telah membuktikan status ini dengan tindakan sehari-harinya selama bertahun-tahun. Tentara dan layanan khusus melakukan kejahatan perang setiap hari,” katanya mengklaim para pejuangnya adalah korban dari “eksekusi publik” Moskwa.
Pada Senin (1/8) Institut Studi Perang menerbitkan sebuah laporan yang menyimpulkan pasukan Rusia berada di balik ledakan penjara.
Dikatakan bahwa citra satelit sangat mengindikasikan “serangan presisi atau pembakar atau bahan peledak yang ditanam secara internal” yang menyebabkan ledakan itu.***kps/mpc/bs