Teheran(MedanPunya) Salah satu ilmuwan nuklir paling terkemuka Iran tewas dalam serangan di luar Teheran, ibu kota Iran. Otoritas Iran menyalahkan musuh bebuyutan Israel atas pembunuhan itu dan mengancam akan melakukan pembalasan dendam.
Pembunuhan yang terjadi pada Jumat (27/11) waktu setempat itu bisa meningkatkan ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat serta sekutu dekatnya Israel, bahkan berisiko menimbulkan konflik besar di Timur Tengah.
Kementerian Pertahanan Iran menyatakan, ilmuwan nuklir tersebut, Mohsen Fakhrizadeh (59) “terluka parah” ketika para penyerang menargetkan mobilnya sebelum terlibat dalam baku tembak dengan para pengawalnya.
Kementerian menyatakan bahwa Fakhrizadeh, yang mengepalai organisasi penelitian dan inovasi Kementerian Pertahanan, kemudian “menjadi martir” setelah petugas medis gagal menyelamatkan nyawanya.
Amerika Serikat memberikan sanksi kepada Fakhrizadeh pada tahun 2008 atas “aktivitas dan transaksi yang berkontribusi pada pengembangan program nuklir Iran”, dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pernah menggambarkannya sebagai bapak program senjata nuklir Iran.
Fakhrizadeh menjadi target serangan saat melakukan perjalanan di dekat kota Absard di wilayah Damavand timur provinsi Teheran.
Seorang reporter televisi pemerintah Iran mengatakan sebuah truk pickup yang membawa bahan peledak yang disembunyikan di bawah tumpukan kayu meledak di depan mobilnya, sebelum diberondong dengan peluru dari sebuah SUV.
Gambar dari tempat kejadian menunjukkan sedan hitam di pinggir jalan, kaca depannya berlubang karena peluru. Genangan darah terlihat di aspal.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan ada “indikasi serius peran Israel” dalam pembunuhan itu.
“Teroris membunuh seorang ilmuwan Iran terkemuka hari ini,” demikian cuitannya di Twitter.
“Kepengecutan ini – dengan indikasi serius dari peran Israel – menunjukkan penghasutan perang yang putus asa dari para pelaku,” cuitnya.
Zarif meminta masyarakat internasional untuk “mengutuk tindakan teror negara ini”.
Media terkemuka AS, The New York Times mengatakan seorang pejabat Amerika dan dua pejabat intelijen lainnya mengkonfirmasi Israel berada di balik serangan itu, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Seorang juru bicara Netanyahu yang ditanyai oleh AFP di Yerusalem menolak mengomentari serangan itu.
Menteri Pertahanan Iran Amir Hatami mengatakan Fakhrizadeh memiliki “peran penting dalam inovasi pertahanan” dan telah berulang kali “diancam dengan pembunuhan dan dibuntuti.”
Berbicara di televisi, Hatami mengatakan dia “mengatur pertahanan nuklir dan melakukan pekerjaan ekstensif”, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Dia menyebut pembunuhan Fakhrizadeh dengan pembunuhan jenderal top Iran, Qasem Soleimani sebagai “saling terkait”.
Soleimani, yang memimpin Pasukan Quds Pengawal Revolusi, tewas dalam serangan udara Amerika di dekat bandara Baghdad, Irak pada Januari.
Kepala staf angkatan bersenjata Iran Mayjen Mohammad Bagheri menyebut kematian Fakhrizdeh “pukulan pahit dan berat bagi sistem pertahanan negara” dan memperingatkan akan adanya “balas dendam yang parah”.
Pembunuhan Fakhrizadeh terjadi kurang dari dua bulan sebelum Joe Biden dilantik sebagai presiden AS pada Januari 2021 mendatang.
Biden telah berjanji akan kembali ke diplomasi dengan Iran setelah empat tahun ketegangan di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, yang menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018 dan mulai menerapkan kembali sanksi yang melumpuhkan.
Saat itu, Trump mengatakan kesepakatan itu tidak menawarkan jaminan yang cukup untuk menghentikan Teheran memperoleh bom atom. Iran selalu membantah menginginkan senjata seperti itu.
Hossein Dehghan, penasihat militer untuk pemimpin tertinggi Iran dan mantan perwira senior di Korps Garda Revolusi Islam, menuduh Israel mencoba memprovokasi perang melalui pembunuhan tersebut.
“Kami akan menyerang para pembunuh seperti kilat,” cetusnya.***dtc/mpc/bs