Ankara(MedanPunya) Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Rabu (14/10) membantah klaim bahwa Turki telah mengirim pasukan Suriah untuk mendukung sekutunya Azerbaijan atas wilayah sengketa Nagorno-Karabakh.
“Mereka yang menelepon kami mengatakan ‘Anda mengirim mujahidin ke sana dari Suriah’. Kami tidak memiliki agenda seperti itu,” kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi.
Pada awal Oktober, Presiden Perancis Emmanuel Macron menuduh Ankara telah mengirim “jihadis” Suriah ke wilayah Nagorno-Karabakh. Menuduh Turki telah melewati “garis merah”.
Erdogan mengatakan pada Rabu, “Mereka mengatakan ‘Anda mengirim mujahidin dari Suriah ke Azerbaijan.’ Mereka (mujahidin) memiliki pekerjaan yang harus dilakukan di tanah mereka sendiri, mereka tidak akan pergi ke sana.”
Armenia dan Azerbaijan, 2 bekas republik Soviet, selama beberapa dekade berkutat dalam konflik Nagorno-Karabakh, daerah etnis Armenia yang memisahkan diri dari Azerbaijan dalam perang 1990-an yang menelan korban sekitar 30.000 jiwa.
Azerbaijan tidak pernah menyembunyikan keinginannya untuk memenangkan kembali kendali Nagorno-Karabakh dan sayangnya tidak ada negara yang pernah mengakui deklarasi kemerdekaannya juga.
Menurut laporan, sebanyak 600 orang dilaporkan tewas, dalam perang antara Armenia dan Azerbaijan di kawasan Nagorno-Karabakh, selama 2 pekan terakhir.
Militer Karabakh menerangkan, sebanyak 16 tentara mereka gugur, menjadikan mereka kehilangan 532 sejak baku tembak dimulai pada 27 September.
Azerbaijan sendiri tak menjabarkan berapa jumlah pasukan mereka yang tewas. Namun, diperkirakan 42 warga sipil dari pihak mereka terbunuh.
Diyakini, korban tewas dalam perang di Nagorno-Karabakh ini jauh lebih banyak, karena dua kubu saling mengklaim merontokkan militer.
Ombudsman HAM di Karabakh, Artak Beglaryan, menyebut ada 31 warga sipil yang tewas pada Senin (12/10), dengan ratusan lainnya terluka.
Dia mengunggah kicauan mengenai serangan terakhir di Katedral Ghazanchetsots di kota Shusha, di mana Armenia menyebut Baku bertanggung jawab.
Beglaryan kemudian menyerukan tindakan Azerbaijan itu adalah kejahatan perang, seraya menggulirkan tagar “#AzerbaijaniAggression” dan “#WarCrimes”.***kps/mpc/bs