BI Ramal Ekonomi RI Baru Bisa Tumbuh 6% di 2028

Jakarta(MedanPunya) Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan konsisten tumbuh naik pada tahun ini hingga 2028. Berdasarkan perkiraannya, pertumbuhan ekonomi baru akan bisa tumbuh di atas 6% empat tahun dari sekarang.

Deputi Gubernur BI Aida S Budiman mengatakan pada 2024 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada kisaran 4,7% sampai 5,5%. Naik dibandingkan proyeksi di 2023 sebesar 4,5% sampai 5,3%.

“Meskipun kita dengan berhati-hati, kita optimistis bagaimana pertumbuhan ekonomi dari angka-angka proyeksi kami terus menunjukkan peningkatan. Tahun ini kita perkirakan 4,7-5,5%,” kata Aida dalam Peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2023.

“Kalau dilihat dari angka-angkanya terus mengalami peningkatan sehingga di medium term-nya dia sudah menuju kepada 5,3-6,1%,” tambahnya.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2024 itu ditopang oleh tingkat konsumsi rumah tangga yang akan berada pada kisaran 4,6% sampai dengan 5,4%, naik dari perkiraan pada 2023 sebesar 4,5% sampai dengan 5,3%.

Lalu investasi yang pertumbuhannya 5% sampai 5,8% dari 2023 yang pertumbuhannya diperkirakan hanya 4,1% sampai 4,9%. Serta, impor naik sedikit pertumbuhannya menjadi minus 1,1% sampai minus 0,3% pada 2024 dari 2023 minus 2,9% sampai minus 2,1%.

Sementara itu, konsumsi pemerintah akan sedikit turun pada 2024 menjadi 2,8-3,6% pada 2024, dari 2023 perkiraannya 2,9-3,7%, serta ekspor yang juga terus merosot menjadi minus 0,4% sampai dengan positif 0,4% dari 2023 minus 0,5% sampai positif 0,3%.

Adapun untuk 2025, Aida memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali naik ke kisaran 4,8% sampai dengan 5,6%, lalu semakin tumbuh kencang pada 2028 dengan pertumbuhan di kisaran 5,3% sampai dengan 6,1%.

Pertumbuhan ekonomi sampai level 6% itu dinilai bisa tercapai jika kondisi stabilitas terjaga baik dari sisi internal maupun eksternal. Setidaknya ada tiga faktor risiko yang akan mengganggu stabilitas itu ke depan.

Risiko itu di antaranya yakni tekanan dari tingkat suku bunga acuan bank sentral global yang masih akan tinggi, risiko geopolitik, hingga skenario hard landing.

“Komposisi dari pertumbuhan ekonomi nanti akan berasal dari permintaan domestik. Untuk itu Indonesia harus bisa menjaga konsumsi dan investasi. Medium term kita harus menuju ke arah 6%,” tegas Aida.***dtc/mpc/bs

 

Berikan Komentar:
Exit mobile version