Daya Beli Masyarakat Belum Pulih, BI Diramal Tahan Bunga Acuan

Jakarta(MedanPunya) Bank Indonesia (BI) hari ini akan mengumumkan hasil rapat dewan gubernur (RDG) bulanan. Suku bunga akan menjadi salah satu kebijakan yang diambil dan diumumkan.

Kalangan ekonom memproyeksikan suku bunga acuan ini akan tetap di level 3,5%. Karena BI dinilai masih mempertimbangkan tingkat inflasi yang rendah hingga daya beli masyarakat yang belum pulih.

Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengungkapkan angka inflasi pada Juli masih tercatat rendah di level 1,52%. Hal ini terjadi karena daya beli masyarakat yang belum pulih.

“Terutama akibat PPKM darurat yang ditetapkan sejak awal bulan Juli,” kata dia, Kamis (19/8).

Josua mengungkapkan di sisi lain nilai tukar rupiah sejauh ini masih dalam kondisi stabil dan BI masih memiliki ruang terbatas untuk menurunkan suku bunga.

“Namun seiring dengan proyeksi pengetatan likuiditas berbagai bank sentral negara maju di tahun 2022, BI diperkirakan tidak akan menurunkan suku bunga lebih rendah lagi untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah ke depannya,” jelas dia.

Ekonom Ryan Kiryanto mengungkapkan BI akan tetap mempertahakankan suku bunga acuan di level 3,5% termasuk Deposit Facility Rate dan Lending Facility Rate.

Pertimbangannya tekanan eksternal masih tinggi terutama dgn kecepatan recovery ekonomi China dan AS. Selain itu ada potensi kenaikan inflasi global seiring dengan pertumbuhan ekonominya negara2 maju.

Menurut dia tekanan terhadap Rupiah masih tinggi dari sentimen penguatan dolar AS terhadap mata uang kuat dunia lainnya karena outlook ekonomi AS yang bagus.

“Masih ada sentimen negatif terhadap perekonomian nasional seiring dengan masih tingginya angka kasus COVID-19 secara harian rata-rata lebih dari 20.000 kasus sepekan ini meski sekarang sudah menurun,” ujar Ryan.

Lalu untuk menjaga kepercayaan pasar, terlebih setelah Bank Sentral AS bersiap diri melakukan tapering-nya dan memberikan sinyal awal menaikkan suku bunga.

Ryan menyebut bagi BI, pilihan mempertahankan suku bunga acuan adalah yang terbaik di masa pandemi saat ini karena ada spirit dovish-nya dan juga spirit preemptive ke depan jika sewaktu-waktu The Fed dan bank-bank sentral lainnya menaikkan suku bunga acuannya.***dtc/mpc/bs

Berikan Komentar:
Exit mobile version