Ekonomi Indonesia Minus 2,07 Persen, Rekor Terendah Sejak 1998

Jakarta(MedanPunya) Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 mengalami kontraksi atau tumbuh minus 2,07 persen.

Dengan demikian, Indonesia masih mengalami resesi setelah dalam dua bulan sebelumnya, kinerja perekonomian juga mengalami kontraksi, yakni masing-masing sebesar 5,32 persen dan 3,49 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, akibat pandemi Covid-19, RI untuk pertama kalinya kembali mencatatkan pertumbuhan ekonomi minus sejak tahun 1998.

“Dengan demikian sejak 1998 untuk pertama kalinya pertumbuhan ekonomi terkontraksi di tahun 1998 karena krisis moneter, tahun 2020 ini Indonesia kontraksi minus 2,07 persen karena pandemi Covid-19,” jelas Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (5/2).

Saat krisis moneter terjadi pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi tercatat minus hingga 13,16 persen.

Kala itu, utang luar negeri RI pun membengkak. Per Maret 1998, nilai utang luar negeri mencapai 138 miliar dollar AS, sekitar 72,5 miliar dollar AS adalah utang swasta yang dua pertiganya jangka pendek, di mana sekitar 20 miliar dollar AS akan jatuh tempo dalam tahun 1998.

Sementara pada saat itu cadangan devisa tinggal sekitar 14,44 miliar dollar AS. Terpuruknya kepercayaan ke titik nol membuat rupiah yang ditutup pada level Rp 4.850 per dollar AS pada tahun 1997, meluncur dengan cepat ke level sekitar Rp 17.000 per dollar AS pada 22 Januari 1998.

Setelah krisis moneter 1998 hingga 1999 berakhir, menjadi masa terakhir RI mencatatkan pertumbuhan ekonomi minus.

Kemudian kinerja perekonomian RI mulai pulih setelah masa pemerintahan Orde Baru berakhir. Hingga kini, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa normal adalah di kisaran 5 persen.

Namun demikian, pandemi Covid-19 yang menghantam baik dari sisi permintaan dan penawaran menyebabkan Indonesia kembali terperosok ke dalam jurang resesi.

“Namun Indonesia tidak sendiri, banyak negara yang mengalami kontraksi juga sepanjang 2020. Hampir seluruh negara mengalami kontraksi dalam,” ujar Suhariyanto.***kps/mpc/bs

 

Berikan Komentar:
Exit mobile version