Jakarta(MedanPunya) Bank Indonesia (BI) memproyeksi penyaluran kredit baru perbankan kembali tumbuh pada Oktober 2023. Namun demikian, laju pertumbuhan diprediksi melambat, seiring dengan permintaan pembiayaan yang melemah.
Berdasarkan data Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan BI, Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru perbankan sebesar 82,1 persen pada Oktober. Ini lebih tinggi dibanding posisi September sebesar 92,6 persen.
“Penyaluran kredit baru oleh perbankan pada Oktober 2023 terindikasi tumbuh dengan SBT sebesar 82,1 persen,” ujar Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, dalam keterangannya, Senin (20/11).
Hasil survei menunjukan, perlambatan pertumbuhan SBT penyaluran kredit baru terjadi di seluruh kategori bank.
Tercatat SBT kredit baru bank umum tumbuh melambat menjadi 83,2 persen, bank umum syariah tumbuh 83,2 persen, dan bank pembangunan daerah (BPD) melambat menjadi 60,8 persen.
Berdasarkan jenis kredit, hampir seluruh kategori juga tumbuh melambat, mulai dari kredit investasi tumbuh 60,3 persen, kredit modal kerja tumbuh 70 persen, serta kredit konsumsi lainnya tumbuh 66,4 persen.
Hanya kredit konsumsi khusus KPR yang tumbuh lebih pesat, yakni sebesar 66,2 persen.
“Faktor utama yang memengaruhi prakiraan perlambatan penyaluran kredit baru pada Oktober 2023 yaitu permintaan pembiayaan dari nasabah, tingkat persaingan usaha dari bank lain, serta prospek kondisi moneter dan ekonomi ke depan,” tulis BI dalam laporannya.
Melemahnya permintaan pembiayaan tercermin dari SBT pembiayaan korporasi dan rumah tangga yang juga tumbuh melambat.
Bank sentral mencatat, SBT kebutuhan pembiayaan korporasi sebesar 15,7 persen pada Oktober, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 16,1 persen.
Dilihat dari sektor usahanya, perlambatan kebutuhan pembiayaan terjadi pada industri pertanian, konstruksi, dan perdagangan. Sementara itu, industri jasa keuangan menjadi satu-satunya industri yang mencatat peningkatan pertumbuhan pembiayaan.
Alasan dari melambatanya pertumbuhan pembiayaan korporasi variatif. Namun, alasan utamanya ialah penurunan kegiatan operasional karena lemahnya permintaan domestik.
Kemudian, permintaan pembiayaan rumah tangga juga melambat. Tercatat respondeh rumah tangga yang elakukan penambahan pembiayaan sebesar 11,3 persen pada Oktober, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 11,5 persen.***kps/mpc/bs