1 Tahun Prabowo-Gibran, Pengangguran di Sumut Naik 0,38 Persen

Medan(MedanPunya) Pengamat Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Benjamin Gunawan, memberikan sejumlah catatan terkait pengangguran dan lapangan kerja di Sumatera Utara (Sumut) selama setahun pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Ia mengungkapkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan angka pengangguran sebesar 0,38 persen pada Februari 2025 dibanding tahun sebelumnya.

Hal ini menunjukkan bahwa serapan tenaga kerja di Sumut belum sepenuhnya mampu mengimbangi penambahan jumlah angkatan kerja yang ada.

“Terjadi peningkatan angka pengangguran sebesar 0,38 persen di Februari 2025 dalam setahun. Yang berarti bahwa serapan tenaga kerja di Sumut belum sepenuhnya mampu mengimbangi penambahan jumlah angkatan kerja dalam setahun terakhir,” ujar Benjamin, Selasa (21/10).

Benjamin mengungkapkan salah satu indikator pengangguran yakni terkait kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan Prabowo-Gibran kepada pemerintah daerah.

“Efisiensi anggaran tentunya berlangsung hingga saat ini yang membuat kemampuan pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja menghadapi tantangan,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan bahwa baru-baru ini, pemerintah pusat memangkas dana transfer ke daerah (TKD) Pemprov Sumut senilai Rp 1,1 triliun.

Menurutnya, kebijakan ini dikhawatirkan akan kembali melemahkan serapan tenaga kerja.

“Tentunya dengan serapan belanja pemerintah daerah yang berkurang, upaya menekan jumlah angka pengangguran menjadi lebih sulit. Dan saya rasa, kalau dibarengi dengan upaya untuk penyerapan anggaran dari kementerian untuk pembangunan fisik di Sumut, juga tidak bisa diandalkan untuk menekan angka pengangguran ke depannya,” ujarnya.

Dari sisi potensi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Benjamin mengungkapkan bahwa Sumut banyak mengandalkan industri sawit.

Meskipun tren kinerja industri sawit mengalami peningkatan di kuartal keempat, permintaan produk minyak kelapa sawit masih stagnan.

“Sehingga saya pesimis industri pengolahan di Sumut akan mampu menambah jumlah angkatan kerja yang signifikan. Sehingga Sumut berpeluang terjebak pada tingkat pengangguran mutlak,” ungkapnya.

Benjamin menilai, minimnya lowongan kerja membuat banyak tenaga kerja tidak dapat memanfaatkan sepenuhnya kompetensi yang dimiliki untuk mendapatkan pekerjaan yang diidamkan.

“Jadi analoginya seorang sarjana bisa saja kerja serabutan yang penting bisa kerja,” tutupnya.***kps/mpc/bs

 

Berikan Komentar:
Exit mobile version