Bergaya Arsitektur Spanyol dan Dibangun 1930, Masjid Haji Maraset Tanpa Kotak Infaq

Medan(MedanPunya) Di Sumatera Utara, khususnya Kota Medan terdapat sejumlah masjid yang dibangun sejak masa lampau dan memiliki keunikan aritekturnya.

Seperti halnya Masjid Haji Maraset di Jalan Sei Deli, Kelurahan Silalas, Kecamatan Medan Barat ini.

Masjid yang berada tak jauh dari Sungai Deli ini memiliki gaya arsitektur dengan unsur khas Spanyol.

“Masjid ini dibangun tahun 1930 dan resmi digunakan tahun 1932,” kata Anwar Efendi Nasution (66), cucu keturunan dari Haji Maraset, Rabu (14/4).

Anwar mengatakan, Masjid Maraset ini dibangun oleh orang Belanda.

Sehingga, kata dia, mulai dari keramik hingga ornamen di dalam masjid sangat kental dengan nuansa eropa.

“Masjid ini masih menggunakan keramik asli. Sengaja untuk tidak dirombak,” kata Anwar.

Dia bercerita, bahwa masjid ini merupakan wakaf dari Haji Maraset Parinduri.

Hingga saat ini, Masjid Haji Maraset dikelola oleh keturunan Haji Maraset yang memiliki yayasan.

Anwar menjelaskan, jika Masjid Haji Maraset sendiri masih mempertahankan barang-barang yang menjadi sejarah dari Haji Maraset.

Diantaranya ada sebuah pintu unik terbuat dari kayu tebal dan jendela yang sangat khas dengan gaya bangunan Spanyol.

“Jendela dan pintunya ini khas Spanyol. Lihat saja jendelanya ini asli. Sekarang ini tidak dapat kaca seperti itu,”

“Karena ini barang antik, pernah ada orang yang bilang bisa terjual hingga miliaran. Ini import semua, mana ada di Indonesia,” kata Anwar.

Ketika memasuki pekarangan masjid, pengunjung akan diperlihatkan sebuah peninggalan sejarah berupa bedug atau kentongan yang telah ada sejak masjid ini berdiri.

“Zaman dulu kan namanya kentong. Ketika kalau sudah memasuki waktu salat, kentong itu akan dibunyikan. Ketika ada orang meninggal kentong itu juga akan dibunyikan. Selain itu, kalau dulu bedug ini di atas menara dihidupkan tanpa mikrofon,” terangnya.

Pada bangunan depan masjid, pengunjung akan diperlihatkan sebuah bangunan berbentuk pendopo.

Anwar menjelaskan, bahwa dulunya pendopo ini merupakan sebuah kolam untuk masyarakat mengambil air wudhu.

“Di depan kan bertepatan dengan Sungai Deli, dulu air kan masih bersih. Jadi kalau mau mandi itu langsung di sungai, bisa juga ambil wudhu. Tahun 1970-an kolam ini ditutup seiring zaman setelah dibuat kamar mandi,” tuturnya.

Masjid Haji Maraset memiliki suasana yang asri dan sejuk lantaran masjid dibangun tepat di seberang pinggiran sungai Deli, ditambah pohon-pohon rindang yang tumbuh di sekitaran masjid.

“Dulu depan ini kebun, ada kebun rambutan, jeruk bali, duku. Banyak macamnya. Karena rumah Haji Maraset ini di sebelah. Dulu depan masjid ini jalan utama sebelum adanya Glugur by Pass,” kata Anwar.

Jamaah Masjid Haji Maraset, Andi Gunawan juga mengungkapkan bahwa tak jarang ia salat Jumat atau sekedar bersinggah di Masjid ini.

Dia mengungkapkan, bahwa masjid ini asri dan nyaman sebagai tempat persinggahan.

“Lumayan sering juga salat di masjid ini. Karena bisa dibilang ini peninggalan sejarah juga ya. Apalagi tempatnya ini sejuk, banyak angin juga. Jadi berasa nyaman aja salat di sini,” ungkap Andi.

Selama bulan Ramadan di tengah pandemi Covid-19, Masjid Haji Maraset tetap menjalankan ibadah salat seperti biasa.

Anwar menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi hal tersebut, karpet masjid ditiadakan guna mengantisipasi penyebaran Covid-19.

“Kalau untuk kegiatan Ramadan sama seperti biasa. Tidak ada perubahan, cuma kami buka sajadah,”

“Selama Covid ini juga berkurang sebanyak dua shaf. Kalau dulu kan penuh. Berkurang jauh selama Covid ini. Buka bersama juga tetap kami disediakan dari masjid ini dan dari masyarakat,” pungkas Anwar.

Masjid pada umumnya selalu menyediakan kotak infaq untuk para jamaah yang ingin bersedekah atau menyisihkan rezeki yang mereka miliki.

Namun, para jamaah tidak akan menemukan satupun kotak infaq di setiap sudut masjid baik di luar maupun dalam ruangan.

Anwar menjelaskan bahwa inilah keunikan Masjid Maraset yang tidak pernah menyediakan kotak infaq.

“Itu ada makna dari yang punya. Ini amanah untuk tidak menerima infaq untuk bangunan,”

“Tapi kalau mau sedekah bisa misalnya melalui imam, bilal, atau sama tukang sapu. Tapi kalau kotak infak memang tidak kita sediakan, itu uniknya,” pungkasnya.***trb/mpc/bs

 

 

 

Berikan Komentar:
Exit mobile version