Medan(MedanPunya) Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi bercerita soal berat badannya yang turun 8 Kg gara-gara pandemi Corona menjadi beban pikiran. Dia mengatakan sempat stres karena tak tahu harus berbuat apa saat awal pandemi Corona pertama kali merebak di dunia.
“Saya nggak pernah turun berat badan sampai 8 kilo para bunda saya. Ini gara-gara COVID ini, 8 kilo turun berat badan saya. Pastinya stres. Karena saya nggak tahu buat apa. Yang tidak tahu kita berbuat apa, ini menjadi beban pikiran,” ujar Edy dalam sambutannya dalam peringatan Tahun Baru Islam yang digelar MUI Sumut di Medan, Kamis (3/9).
Edy mengatakan pikirannya makin bertambah gara-gara ada pihak yang membuat COVID-19 semacam pertandingan. Meski stres, Edy mengatakan dirinya tetap berusaha belajar dan mengambil kebijakan untuk mencegah dampak penyebaran Corona di Sumut.
“Ada lagi di mana-mana dibikin pertandingan COVID ini, ada yang juara 1, juara 2, juara 3, itu menentang Allah. Tak bisa dibikin pertandingan COVID ini, kita berusaha, terbesar di Kota Medan, kita lakukan penyekatan, klaster-klaster di Mebidang, Medan, Binjai, Deli Serdang. Kita lakukan ini, saya mohon maaf, kebiasaan-kebiasaan hidup bebas menjadi sulit, kita batasi, sampai kapan, saya tidak tahu menyampaikan sampai kapan. Saya ingin, saat ini saya umara, rakyat saya sehat. Saya berusaha untuk melakukannya,” ujar Edy.
Edy kemudian bicara dampak ekonomi yang terjadi gara-gara pandemi Corona. Dia juga mengatakan dirinya belajar menangani dampak ekonomi secara otodidak.
“Ekonomi kita dalam kondisi terus turun ke bawah, saat ini kita bergerak di deflasi 0,8. Begini saudara-saudara saya, bapak-bapak sekalian tahu basic saya tentara, pasti tidak tahu tentang ekonomi. Tapi dengan terpaksa saya harus belajar secara otodidak, karena saya harus menjadi seorang umara. Saya harus kendalikan ini, deflasi dengan inflasi, batasnya itu 1 sampai 2 persen. Ini sama dengan tensi, identik dengan tensi. Kalau tensi, orang itu 120 per 80 itu normal. Normalnya perekonomian dan pertumbuhan, itu adalah 2 persen. 3 warning, 1 warning ke bawah. Kalau tensi itu udah sampai 180 per 100, manusia itu mendekat stroke. Itu kalau ekonomi inflasi namanya. Deflasinya turun dari satu apabila tensinya di ada 70 per 60 rata-rata kita siapkan itu kain kafan, siapkan fardu kifayah. Saudara-saudara saya, kita saat ini berada di 0,8, turun dari angka satu. Itu yang saya katakan bahwa ekonomi kita sulit,” ucap Edy.
Positif Corona di Sumut sendiri terus bertambah sejak kasus pertama terdeteksi pada Maret 2020. Hingga Rabu (2/9), terdapat 7.124 kasus positif Corona di Sumut.
“Konfirmasi 7.124 orang, meninggal 321 orang, sembuh 4.170 orang,” ujar Jubir Satgas COVID-19 Sumut, Mayor Kes Whiko Irwan.
Pemprov Sumut juga sudah mengambil berbagai kebijakan demi mencegah penyebaran virus Corona. Mulai dari pembuatan klaster, pembatasan aktivitas warga hingga pemberian bantuan ekonomi bagi warga terdampak Corona.
Ada dana Rp 1,5 triliun yang terbagi dalam tiga tahap untuk disalurkan kepada warga. Dana tersebut berasal dari refocusing anggaran. Tahap pertama sudah disalurkan dan tahap kedua masih dalam pembahasan. Edy sempat menyebut bantuan tahap kedua bakal diberikan dalam bentuk stimulus untuk sektor produktif.***dtc/mpc/bs