Medan(MedanPunya) Keluarga mengungkapkan kejanggalan dari kematian Aldi Sahilatuan Nababan, mahasiswa asal Medan yang tewas dalam kamar kosnya, di Kabupaten Badung, Bali. Saat ditemukan, jasad Aldi dalam keadaan tergantung namun bersimbah darah.
“Janggalnya, adik saya (Aldi) kata polisi memang ditemukan dalam kondisi tergantung, tapi bersimbah darah dan kakinya menyentuh lantai,” kata Monalisa Nababan selaku kakak Aldi, Jumat (24/11).
Belum lagi, lanjut Monalisa, didapati informasi laptop adiknya hilang. Selain itu, secara fisik ada beberapa luka di tubuh adiknya. Paling kentara, luka sobek di bagian alat kelamin sehingga mengucurkan darah.
“Dari mulut dan hidungnya juga mengeluarkan darah. Lengan tangan kanannya memar dan sikunya bergeser,” sebutnya.
Monalisa menduga korban diduga dibunuh. Di samping itu, ia juga mengaku mendapati informasi di dalam dompet adiknya ditemukan struk pembelian sejumlah jajanan dengan keterangan waktu Kamis (16/11) sekitar pukul 02.00 WIB.
“Sementara saya mengirimkan uang jajan ke dia, Rabu (15/11) tengah malam. Kabarnya, dari kawan saya di sana, dia beli jajan pakai motor anak pemilik kos bernama Putu. Karena mereka dua ini kompak,” ucap Monalisa yang dulu juga kuliah di Bali.
“Itu artinya rentang waktu kematiannya, Kamis pagi sampai Sabtu itu lah, kemana dia? Herannya jajanan yang dibelinya itu rupanya masih dalam keadaan utuh di dalam kamar kosnya,” sambungnya.
Ia pun berharap agar pihak kepolisian dapat segera bergerak cepat untuk mengungkap kematian adiknya. Aldi yang merupakan mahasiswa Elisabeth International ini pun telah dimakamkan, Kamis (23/11) siang, sekitar pukul 14.00 WIB di Desa Sitabo-tabo, Kecamatan Siborongborong, Tapanuli Utara, Sumut.
Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medicolagial Fakultas Universitas Sumatera Utara (USU), dr Asan Petrus mengatakan tak jarang kasus pembunuhan dibuat seolah-olah bunuh diri. Bila merujuk pada kasus Aldi, ia menyebutkan ada beberapa hal janggal sehingga mesti diperhatikan lebih dalam.
Pertama soal darah yang disebut-sebut keluarga berada di lantai, di bagian mulut dan hidung, serta kondisi kelamin diduga mengalami luka koyak. Menurutnya, perlu dipastikan terlebih dahulu apakah itu darah atau cairan pembusukan.
“Dalam posisi seperti itu (tergantung) bisa saja (mengeluarkan cairan pembusukan yang warnanya seperti darah). Soal alat kelamin, kemungkinan karena sudah busuk dan saat dibuka celananya, tergesek sehingga terkelupas (dan menimbulkan luka),” ujar Asan, Jumat (24/11).
Ia menegaskan luka yang ada di tubuhnya, termasuk siku yang bergeser, sangat penting diketahui apa penyebabnya melalui proses autopsi.
Oleh karena itu, keterangan hasil autopsi nanti sangat penting dipahami. Selain dari pada itu, soal kamar korban yang terkunci dan laptop hilang juga dapat dijadikan kunci untuk mengungkap kasus tersebut.
“Soal pintu ini punya nilai tertinggi, menjadi kunci kasus tersebut apakah pembunuhan atau bunuh diri. Mesti dipastikan dikunci dari dalam atau dari luar. Kalau dari luar pastinya ada orang lain. Nah, kalau dikunci dari dalam, cara memastikannya, biasanya anak kunci ada di lubang kunci. Atau jika pakai pakai kunci geser pas posisi terkunci saat dibuka dia pasti rusak,” ungkapnya.
“Lalu, soal laptop yang hilang juga harus dipastikan. Hal-hal ini yang dapat jadi, (salah satu) poin ke arah pembunuhan,” tutupnya.***dtc/mpc/bs