Medan(MedanPunya) Bagi anda yang tinggal di Medan dan sekitarnya pasti tak asing dengan kata ‘kedai sampah’. Tapi, apakah anda tahu apa makna dari ‘kedai sampah’ tersebut?
Istilah ‘kedai sampah’ sendiri disematkan kepada warung kecil yang menjual sayur, cabai, bawang, santan, ikan dan beberapa kebutuhan dapur lainnya. ‘Kedai sampah’ ini biasanya berada di dekat permukiman warga.
Barang-barang di kedai sampah ini biasanya bisa dibeli dengan harga murah dan dalam jumlah kecil. Warga di Medan dan sekitarnya biasanya berbelanja di kedai sampah jika malas ke pajak alias pasar.
Ahli bahasa Universitas Negeri Medan (Unimed) Prof Amrin Saragih mengatakan istilah kedai sampah hanya digunakan oleh warga di Medan dan sekitarnya. Menurutnya, tidak ada referensi yang jelas mengapa warung penjual sayur-mayur ini disebut dengan istilah kedai sampah.
“Kalau secara teori tidak ada yang menyebutkan kenapa yang jual sayuran itu disebut kedai sampah,” kata Amrin, Senin (21/6).
Guru Besar bidang Discourse Analysis ini menilai istilah ‘kedai sampah’ disematkan ke warung penjual sayur-mayur itu karena barang-barang yang dijual memiliki harga yang murah. Dia menduga hal itu menjadi awal mula warung penjual sayur-mayur dengan harga murah itu disebut ‘kedai sampah’.
“Kalau menurut saya ini karena barang-barang yang dijual itu tidak berharga, makanya disebut kedai sampah atau tidak berharga,” ucapnya.
Amrin menegaskan tak ada warung yang menjual sampah di Medan dan sekitarnya meski istilah ‘kedai sampah’ banyak dipakai warga dalam percakapan sehari-hari.
“Yang benar-benar menjual sampah itu di Inggris, ada Hy Market, itu pasar rumput. Kalau di Malaysia itu disebut Kedai Runcit,” jelasnya.
Salah satu pemilik ‘kedai sampah’, Ian, mengaku tidak mengetahui alasan penyebutan ‘kedai sampah’ ini. Dia mengatakan penyebutan istilah ‘kedai sampah’ ini sudah lama ada.
“Nggak tahu ya kenapa ‘kedai sampah’, tapi ini kan udah lama dibilang ‘kedai sampah’ begini,” tutur Ian.
Ian mengatakan tempat usahanya itu menjual sayur-mayur hingga berbagai jenis ikan. Dia berjualan mulai pukul 06.00 WIB tiap harinya.
“Kalau mulai jualan itu kan jam 6 karena kan untuk dimasak pagi-pagi. Ibu-ibu biasanya belanja untuk menyiapkan sarapan,” ucapnya.
Ian menyebut hasil penjualannya sekarang mengalami penurunan. Menurutnya, semakin banyaknya ‘kedai sampah’ yang buka membuat pembeli yang datang ke tempatnya berkurang.
“Sekarang di mana-mana aja jualan kayak gini (kedai sampah). Sekarang ya bersyukur aja apapun yang didapat,” jelasnya.***dtc/mpc/bs