Medan(MedanPunya) Massa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Papua di Medan menggelar demonstrasi di depan gedung Biro Rektor Universitas Sumatera Utara (USU). Mereka meminta posisi Guru Besar USU yang disandang Prof Yusuf L Henuk dicopot terkait dugaan rasisme.
Pantauan di depan Biro Rektor USU, Jalan Dr Mansyur, Medan, Selasa (2/2), para mahasiswa asal Papua ini merentangkan sejumlah spanduk.
Salah satunya bertulisan ‘Hentikan intimidasi terhadap orang Papua. Kami manusia bukan monyet’. Rektor USU, Muryanto Amin, terlihat menjumpai para mahasiswa ini.
“Copot jabatan Prof Yusuf L Henuk sebagai Guru Besar USU. Meminta Prof Yusuf L Henuk segera ditangkap dan diproses hukum. Hentikan rasisme terhadap orang Papua,” ujar massa aksi saat ditemui Muryanto.
Koordinator aksi, Yance, mengatakan pihaknya menentang perbuatan yang mengarah pada rasisme. Dia menilai orang-orang yang melakukan tindakan diduga rasisme tak boleh ada di USU.
“Kami mahasiswa tuntut melawan rasisme ini adalah musuh bersama sehingga rasisme ini tidak boleh dipelihara di USU bahkan di Indonesia,” ujar Yance.
Yance meminta Prof Henuk dicopot. Dia khawatir Henuk akan mengulangi perbuatannya jika tak diberi sanksi.
“Sehingga kami mahasiswa Papua dengan keras hentikan rasisme terhadap orang Papua dan jangan ada lagi yang menimbulkan rasisme lagi. (Dugaannya dilakukan) ini Prof Yusuf L Henuk sebagai Guru Besar USU. Di Twitter,” sebut Yance.
Rektor USU Muryanto mengatakan pihaknya bakal menindaklanjuti tuntutan mahasiswa. Pihaknya bakal bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku.
“Karena saya baru, ini kita kumpulkan dulu dokumen-dokumen pendukung yang merupakan tuntutan dari mahasiswa Papua ini. Tentu, kita punya kewenangan, misalnya ada tuntutan hukum, itu tidak mungkin kita lakukan. Bukan kewenangan kita, yang pasti bahwa ini akan kita pelajari dulu dan akan kita berikan putusan dalam waktu tidak begitu lama,” sebut Muryanto.
Sebelumnya, cuitan di akun Twitter milik Prof Henuk ke mantan komisioner Komnas HAM Natalius Pigai dituding rasis. Henuk membuat tweet soal Natalius Pigai di akun Twitter-nya, @ProfYLH, pada 2 Januari 2021. Dalam cuitannya, Henuk turut mengunggah foto seekor monyet sedang becermin serta tangkapan layar berita media daring yang menampilkan sosok Pigai.
“Pace @NataliusPigai2 beta mau suruh ko pergi ke cermin lalu coba bertanya pada diri ko:”Memangnya @NataliusPigai2 punya kapasitas di negeri ini?”.Pasti ko berani buktikan ke @edo751945 & membantah pernyataan @ruhutsitompul yang tentu dapat dianggap salah,” tulis Henuk di akun Twitter miliknya seperti dilihat pada Selasa (26/1).
Tweet tersebut disertai foto seekor monyet sedang memegang cermin disertai tulisan ‘Memangnya Pigai punya kapasitas di negeri ini?’. Sementara gambar lainnya merupakan screenshot laman berita daring soal komentar Natalius Pigai terhadap Hendropriyono dan terdapat foto Pigai menggunakan jas.
Cuitan Henuk itu kemudian dikritik oleh Ketua Ketua Pengurus Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sumut Azlansyah Hasibuan. Dia menyebut cuitan Henuk tersebut sangat rasis.
Henuk lewat pengacaranya telah buka suara. Dia menyatakan cuitan tidak ada unsur rasisme dalam cuitan itu.
“Itu kan dialog antara Pigai dalam media terhadap Hendropriyono. Jadi Prof (Henuk) ini mengkritik Pigai. Jadi itu kan tulisan, itu sindiran. Kalau kita lihat komen-komen netizen itu tidak ada yang rasis,” kata Pengacara Henuk, Rinto.
“Tidak ada dibilang kamu hitam, kamu keriting. Mereka juga sama-sama dari Timur, kok. Kenapa diarahkan jadi rasis, karena ada konflik profesor dengan oknum di Demokrat,” sambungnya.***dtc/mpc/bs