MedanPunya – Seorang ilmuwan mengungkapkan, planet Mars sempat memiliki kehidupan sebelum akhirnya tidak sengaja dimusnahkan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pada 50 tahun lalu.
Pada 1975, NASA pernah meluncurkan dua wahana antariksa, yakni Viking 1 dan Viking 2.
Dua pesawat ini dikirim ke Planet Merah dalam misi untuk menyelidiki dan mencari tanda-tanda kehidupan di sana.
Meski misi ini mencatatkan sejarah sebagai wahana antariksa pertama yang berhasil mencapai Mars, tetapi ahli astrobiologi dari Technical University, Berlin, Jerman, Dirk Schulze-Makuch berpendapat lain.
Viking 1 diluncurkan oleh NASA pada 20 Agustus 1975 dan berhasil memasuki orbit Mars sepuluh bulan kemudian. Selama berada di orbit, wahana ini berkeliling sambil menangkap gambar Mars dari angkasa.
Sampai pada 20 Juli 1976, akhirnya Viking 1 mendarat untuk kali pertama di permukaan Planet Merah.
Saat mendarat, pesawat ruang angkasa ini mengumpulkan sampel tanah menggunakan lengan robot dan mengirimkannya ke laboratorium biologi khusus untuk dites spektrometri massa kromatografi gas.
Sampel tanah tersebut diuji menggunakan teknik kultur yang umum digunakan untuk mengidentifikasi mikroba di Bumi. Metode itu melibatkan penambahan air dan nutrisi ke sampel tanah.
Sebab, pada saat itu, para ilmuwan meyakini bahwa cara kerja kehidupan di Mars mirip dengan Bumi, yaitu mengandalkan air untuk bertahan hidup.
Meski hasil eksperimen Viking 1 mengisyaratkan kemungkinan adanya kehidupan di Mars, tetapi sebagian besar ilmuwan percaya bahwa temuan tersebut tidak meyakinkan.
Dirk Schulze-Makuch berpendapat, penelitian yang dilakukan Viking 1 NASA mungkin telah menemukan kehidupan di Mars sekaligus tidak sengaja membinasakannya dengan eksperimen berbasis air.
Menurutnya, kehidupan di Mars bergantung pada endapan garam, mirip dengan organisme yang hidup di lokasi terkering di Bumi, seperti mikroba di Gurun Atacama, Chili.
“Di lingkungan hiperarid (kategori lahan kering dengan indeks kekeringan 0,3), air yang dibutuhkan untuk melangsungkan kehidupan, diperoleh melalui garam yang menarik uap air dari atmosfer,” ujarnya.
Dia melanjutkan, penelitian yang pernah dilakukan di Gurun Atacama mengungkap, hujan lebat yang terjadi di wilayah ini membunuh 70 persen hingga 80 bakteri alami di sana.
“Itu karena mereka tidak bisa terpapar air sebanyak itu secara tiba-tiba,” kata dia.
Oleh karena itu, menurut Schulze-Makuch, air yang diserap lewat garam alami yang ada di Mars justru membuat mikroba bisa bertahan hidup, karena air disalurkan secara mikroskopis hingga ke bagian terkecil di dalam tanah.
“Jika kesimpulan tentang organisme yang bertahan dalam kondisi Mars yang sangat kering ini benar, daripada ‘mengikuti air’, yang telah lama menjadi strategi NASA dalam mencari kehidupan di Mars, kita juga harus mengikuti senyawa terhidrasi dan higroskopis, yaitu garam sebagai cara untuk menemukan kehidupan mikroba,” jelasnya.
Dia mengungkapkan, garam dapur bisa digunakan untuk mengembangbiakkan bakteri tertentu dan konsep ini bisa diterapkan untuk mencari tahu kehidupan di Mars.
Teori Schulze-Makuch telah diterbitkan dalam jurnal Nature Astronomy pada Agustus 2023 dengan judul “We may be looking for Martian life in the wrong place”.***kps/mpc/bs