Washington(MedanPunya) Seorang pejabat tinggi intelijen Amerika Serikat ( AS) pada Jumat (7/8/2020) mengatakan, China ingin Presiden Donald Trump kalah pemilu karena kelakuannya yang tak bisa ditebak.
“Kami menilai China lebih suka Presiden Trump – yang menurut Beijing tidak bisa ditebak – tidak memenangkan pemilu lagi,” kata William Evanina direktur Pusat Kontra-intelijen dan Keamanan Nasional.
“China memperluas pengaruhnya jelang November 2020 untuk membentuk lingkungan kebijakan di Amerika Serikat, menekan para tokoh politik yang dipandangnya bertentangan dengan kepentingan China, dan menangkis serta melawan kritik untuk China,” kata Evanina dalam pernyataannya.
Dia mencontohkan kritik China tentang penanganan Trump pada pandemi virus corona, penutupan konsulat China di Houston, dan sikap pemerintah AS terhadap tindakan China di Hong Kong dan Laut China Selatan.
“Beijing menyadari semua upaya ini mungkin akan berpengaruh ke pemilihan presiden,” imbuh Evanina.
Sementara itu Trump tidak mempermasalahkan tudingan Beijing, yang menjadikannya sebagai ancaman.
“China akan senang jika di pemilu kami Donald Trump kalah dari Joe Biden yang mengantuk. Mereka akan bermimpi, mereka akan memiliki negara kita,” ujar Trump.
Lebih lanjut Evanina membeberkan, Iran menggunakan disinformasi media sosial untuk memecah belah AS dan menyakiti Trump, sedangkan Rusia turun tangan untuk merusak kampanye Joe Biden, lawan Trump dari Demokrat.
“Rusia menggunakan serangkaian tindakan, terutama merendahkan mantan wakil presiden Biden atas apa yang dilihatnya sebagai pembentukan anti-Rusia,” ucap Evanina.
“Ini sejalan dengan kritik publik Moskwa terhadapnya, ketika dia menjadi wakil presiden karena perannya dalam kebijakan pemerintahan Obama di Ukraina, dan dukungannya untuk oposisi anti-Putin di Rusia.”
Trump lalu membantah Rusia ingin dia terpilih lagi, dengan mengklaim tidak ada pemimpin AS yang lebih tangguh di Moskwa daripada dia.
Kemudian saat diingatkan badan intelijennya sendiri yang mengeluarkan peringatan itu dia menjawab, “Saya tidak peduli apa yang dikatakan orang.”
Evanina merupakan pejabat tinggi intelijen yang memantau ancaman terhadap pemilu AS, tapi tidak memberikan rincian tentang campur tangan pihak luar.
Peretasan dan kampanye media sosial yang kuat oleh Rusia pada 2016 mendapat perhatian tersendiri dari intelijen AS, karena membantu Trump meraih kemenangan atas Hillary Clinton dar Demokrat.
“Upaya asing untuk memengaruhi atau mencampuri pemilu kami merupakan ancaman langsung bagi struktur demokrasi kami,” lanjutnya.***kps/mpc/bs