Kolombo(MedanPunya) Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa terjebak di negaranya sendiri dalam kebuntuan memalukan dengan staf imigrasi bandara, yang menghalangi upayanya untuk kabur ke luar negeri.
Demikian diungkapkan sumber-sumber resmi.
Rajapaksa telah berjanji untuk mengundurkan diri pada hari Rabu (13/7) besok dan membuka jalan bagi “transisi kekuasaan yang damai”. Janji pengunduran diri ini disampaikan menyusul aksi protes yang meluas terhadapnya atas krisis ekonomi parah yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara itu.
Para pejabat Sri Lanka mengatakan, pemimpin berusia 73 tahun itu melarikan diri dari kediaman resminya di Kolombo, tepat sebelum ribuan pengunjuk rasa menyerbu pada hari Sabtu (9/7) dan ingin melakukan perjalanan ke Dubai.
Sebagai presiden, Gotabaya Rajapaksa menikmati kekebalan dari penangkapan, dan dia diyakini ingin pergi ke luar negeri sebelum mengundurkan diri untuk menghindari kemungkinan ditahan.
Namun, menurut sumber-sumber, petugas imigrasi menolak untuk pergi ke ruang VIP untuk mencap paspor Rajapaksa, sementara dia bersikeras tidak akan pergi melalui fasilitas umum karena takut akan reaksi kemarahan dari pengguna bandara lainnya.
Presiden dan istrinya akhirnya menginap di pangkalan militer dekat bandara internasional utama setelah melewatkan empat penerbangan, yang bisa membawa mereka ke Uni Emirat Arab.
Adik bungsu Rajapaksa, Basil, yang mengundurkan diri pada April sebagai menteri keuangan, juga ketinggalan penerbangan Emirates-nya ke Dubai pada Selasa (12/7) pagi setelah mengalami kebuntuan serupa dengan staf bandara.
“Ada beberapa penumpang lain yang memprotes Basil yang naik ke pesawat mereka,” kata seorang pejabat bandara kepada AFP. “Itu adalah situasi yang menegangkan, jadi dia buru-buru meninggalkan bandara.”
Sejauh ini, tidak ada kabar resmi dari kantor presiden tentang keberadaan Rajapaksa, tetapi dia masih menjadi panglima angkatan bersenjata dengan sumber daya militer yang dimilikinya.
Menurut sumber pertahanan, salah satu opsi yang masih terbuka untuk Rajapaksa adalah menggunakan kapal Angkatan Laut untuk pergi ke India atau Maladewa.
Rajapaksa dituduh salah mengelola ekonomi ke titik di mana negara itu kehabisan devisa untuk membiayai impor barang-barang yang paling penting, yang menyebabkan kesulitan parah bagi 22 juta penduduk.
Sri Lanka telah gagal membayar utang luar negeri US$ 51 miliar pada bulan April lalu, dan sedang dalam pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk kemungkinan bailout.***dtc/mpc/bs