London(MedanPunya) Nama mantan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mencuat sebagai salah satu calon pengganti Liz Truss yang baru saja mengundurkan diri sebagai PM. Para pendukung menuntut Johnson kembali menjadi PM, namun para pengkritik menyebut hal itu sebagai ‘penghinaan’ bagi Inggris.
Dari sejumlah nama yang muncul sebagai calon pengganti Truss, terdapat juga nama Johnson di antaranya.
Partai Konservatif yang berkuasa di Inggris dan menaungi Truss, diketahui memegang dominasi besar dalam parlemen dan tidak akan menyerukan digelarnya pemilu dalam kurun waktu dua tahun ke depan. Partai Konservatif telah mengumumkan bahwa pemilihan ketua baru akan digelar pada 28 Oktober mendatang.
“Dimungkinkan untuk melakukan pemungutan suara dan menuntaskan pemilihan kepemimpinan pada Jumat, 28 Oktober. Jadi kita harus memiliki pemimpin baru sebelum pernyataan fiskal yang akan digelar pada 31 (Oktober),” sebut Ketua Komisi 1922 parlemen, Graham Brady, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pemilihan ketua baru partai yang berkuasa.
Ketua baru Partai Konservatif nantinya akan menjadi PM ke-5 Inggris dalam enam tahun terakhir.
Pemilihan ketua baru Partai Konservatif itu diperkirakan akan mengadu mantan Menteri Keuangan (Menkeu) Rishi Sunak dengan mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Penny Mordaunt. Namun di sisi lain, ada kemungkinan untuk kembalinya Johnson yang dilengserkan Juli lalu saat deretan menterinya mundur massal.
Para pendukung Johnson menyerukan kampanye ‘kembalikan Boris’ usai Truss mengundurkan diri. Johnson sendiri memberikan petunjuk besar bahwa urusannya belum selesai ketika dia mengucapkan ‘hasta la visa baby’ — berarti ‘sampai bertemu lagi’ — dalam momen terakhir berhadapan dengan parlemen pada 20 Juli lalu.
Menurut media Inggris, The Times, Johnson berniat untuk bergabung dalam kompetisi menggantikan Truss, dengan menyatakan jika hal itu demi ‘kepentingan nasional’. Di Twitter, sejumlah pendukung Partai Konservatif berupaya membuat tagar #BringBorisBack viral usai Truss mengumumkan pengunduran dirinya.
Salah satu anggota parlemen Inggris dari Partai Konservatif, Brendan Clarke-Smith, menuturkan kepada Sky News bahwa PM selanjutnya membutuhkan ‘mandat’ dari para pemilih dan anggota partai. Clarke-Smith juga menyebut bahwa PM baru haruslah ‘seseorang yang benar-benar bisa menjadi pemenang’.
“Boris Johnson adalah orang yang mencentrang semua kotak itu,” sebutnya.
“Saya harap Anda menikmati liburan Anda, bos. Waktunya untuk kembali,” tulis anggota parlemen Partai Konservatif lainnya, James Duddridge, via Twitter sembari menambahkan tagar #bringbackboris.
Jajak pendapat terbaru di kalangan anggota Partai Konservatif pekan ini menunjukkan sebagian besar menginginkan Johnson kembali, namun prediksi lainnya menempatkan Sunak akan menjadi kandidat favorit, mengungguli Mordaunt, juga Menhan Ben Wallace dan Johnson sendiri.
Di sisi lain, gerakan untuk mencalonkan kembali Johnson ditolak oleh sejumlah anggota Partai Konservatif lainnya, dengan alasan dia masih menghadapi penyelidikan soal dugaan menyesatkan parlemen Inggris terkait skandal ‘partygate’ selama lockdown virus Corona (COVID-19) lalu.
Ketua Partai Buruh, Keir Starmer, yang merupakan oposisi Inggris terang-terangan menyebut Johnson ‘tidak layak’ untuk memerintah.
“Jika mereka akan beralih dari eksperimen ini, kekacauan ini, kerusakan ekonomi ini, dan kembali ke tiga bulan lalu pada seorang pria yang dianggap tidak layak menjabat, saya pikir itu hanya akan menambah penghinaan bagi publik,” tegas Starmer kepada BBC.
Terlepas dari perdebatan yang terjadi, siapapun kandidat pengganti Truss harus bisa mendapatkan dukungan 100 anggota parlemen Partai Konservatif untuk bisa mencalonkan diri sebagai ketua. Jika hingga Senin (24/10) pukul 14.00 mendatang, hanya ada satu kandidat yang lolos persyaratan maka dia otomatis menjadi PM.
Jika ada dua kandidat, sebanyak 170.000 anggota Partai Konservatif akan melakukan pemungutan suara secara online.***dtc/mpc/bs