Washington(MedanPunya) Korea Utara (Korut) diduga menerima suplai makanan dari Rusia, sebab negara tersebut tengah dilanda krisis pangan. Sebagai gantinya, mereka memberikan amunisi persenjataan ke Rusia.
Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Keamanan Nasional Amerika Serikat, John Kirby. Kirby mengatakan pada konferensi pers bahwa Amerika Serikat (AS) memiliki informasi baru terkait kesepakatan tersebut.
“Kami juga memahami bahwa Rusia berusaha mengirim delegasi ke Korea Utara dan bahwa Rusia menawarkan makanan kepada Korea Utara dengan imbalan amunisi,” katanya.
Ia menambahkan, setiap kesepakatan senjata antara Korea Utara dan Rusia akan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. Saat ini AS juga sedang memantau situasi dan dugaan kesepakatan tersebut dengan cermat.
Sebagai informasi, Korea Utara merupakan salah satu negara termiskin di dunia. Negara tersebut juga pernah mengalami kekurangan bahan pangan kronis selama beberapa dekade, termasuk kelaparan pada pertengahan hingga akhir 1990-an.
Pada bulan Februari lalu, para ahli memperingatkan negara itu bahwa mereka sedang menghadapi krisis pangan yang parah karena penurunan produksi yang signifikan. Hal itu diperparah oleh cuaca buruk, kontrol perbatasan yang ketat, dan efek sanksi internasional.
Citra satelit dari otoritas Korea Selatan menunjukkan bahwa Korea Utara menghasilkan 180.000 ton lebih sedikit makanan pada tahun 2022 dibandingkan tahun 2021.
Pada hari Kamis lalu, Departemen Keuangan AS memasukkan seorang pria Slovakia, Ashot Mkrtychev dalam daftar hitam atau blacklist kasus terpisah – karena bertindak sebagai perantara antara Rusia dan Korea Utara.
Departemen Keuangan AS mengatakan Ashot Mkrtychev, telah mengatur penjualan dan mengatur kesepakatan yang akan memungkinkan Korea Utara untuk mengirimkan senjata ke Rusia pada akhir 2022 dan awal 2023.
“Sebagai imbalannya, Pyongyang (ibukota Korea Utara) menerima uang tunai, pesawat komersial, komoditas, dan bahan mentah,” kata Departemen Keuangan AS.
Apabila di-blacklist, terdapat sanksi yang diberikan. Pebisnis di Amerika tidak boleh terlibat dengan Mkrtychev dan sanksi tersebut juga membekukan aset Mkrtychev di AS.
Sanksi yang diberlakukan negara barat secara signifikan mempengaruhi kemampuan Rusia untuk mengganti senjata yang telah habis atau hancur dalam perangnya dengan Ukraina. Sanksi tersebut telah mendorong Rusia untuk beralih ke negara lain untuk mendapatkan senjata.
Pada Desember tahun lalu, AS mengatakan Iran telah menjadi pendukung militer utama Rusia.***dtc/mpc/bs