Washington DC(MedanPunya) Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendesak Israel, sekutunya, untuk berhenti menyerang polisi-polisi Palestina yang sedang mengawal bantuan kemanusiaan di wilayah Jalur Gaza.
Peringatan dan desakan dari Washington untuk Tel Aviv itu diungkapkan oleh sejumlah pejabat AS dan Israel yang enggan disebut namanya.
Disebutkan bahwa pemerintahan Biden memperingatkan Israel bahwa “pelanggaran total terhadap hukum dan ketertiban” hanya akan memperburuk krisis kemanusiaan yang sangat parah di Jalur Gaza.
Para pejabat AS itu, menurut Axios, memiliki kekhawatiran bahwa “Gaza akan berubah menjadi Mogadishu” karena adanya “kekosongan keamanan dan keputusasaan yang membuka pintu bagi geng-geng bersenjata untuk menyerang dan menjarak truk-truk bantuan kemanusiaan”.
Mogadishu yang merupakan ibu kota Somalia, pernah dianggap sebagai kota paling tidak taat hukum dan paling berbahaya di dunia.
“Ini adalah kekhawatiran yang telah diperingatkan oleh pemerintahan Biden kepada Israel selama beberapa bulan ini dan mengapa mereka mendesak pemerintah Israel untuk merencanakan terlebih dahulu soal siapa yang akan mengambil alih pemerintahan Gaza setelah perang,” ucap para pejabat AS tersebut.
Menurut kantor bantuan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau OCHA, terdapat penurunan signifikan dalam jumlah truk bantuan yang memasuki wilayah Jalur Gaza dalam beberapa pekan terakhir. Setidaknya selama empat hari dalam dua pekan terakhir, kurang dari 10 truk bantuan masuk ke Jalur Gaza.
Koordinator kemanusiaan PBB untuk Wilayah Palestina, James McGoldrick, menuturkan kepada wartawan bahwa hal itu sebagian besar disebabkan oleh situasi keamanan di kedua sisi perbatasan. Dijelaskan lebih lanjut oleh McGoldrick bahwa akibat kekosongan keamanan, banyak truk bantuan yang memasuki Jalur Gaza baru-baru ini justru dikuasai oleh geng-geng kriminal.
Para anggota satuan kepolisian sipil yang dikelola Hamas telah beroperasi di Rafah dan wilayah Gaza di dekat perlintasan perbatasan Kerem Shalom untuk menjamin keamanan truk-truk bantuan. Namun beberapa dari mereka meninggalkan pos mereka usai diserang Israel pada awal bulan ini.
Menurut para pejabat AS, sedikitnya 11 polisi sipil Palestina di Rafah tewas dalam serangan udara Israel beberapa pekan terakhir.
Utusan AS untuk urusan kemanusiaan, David Satterfiled, mengungkapkan pekan lalu bahwa satuan kepolisian sipil di Jalur Gaza “tentu saja mencakup unsur-unsur Hamas”. Namun demikian, mereka “juga mencakup individu-individu yang tidak memiliki afiliasi langsung dengan Hamas, yang ada di sana sebagai bagian dari sisa-sisa kehadiran Otoritas Palestina”.
Sementara itu, Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin, menurut Axios, telah membahas dengan Menhan Israel Yoav Gallant soal kekhawatiran AS tersebut, dan menekankan perlunya mencari cara untuk menjamin keamanan bagi truk-truk bantuan kemanusiaan yang memasuki Jalur Gaza.
Disebutkan oleh sumber-sumber pejabat AS dan Israel itu bahwa Washington meminta Tel Aviv berhenti menargetkan polisi-polisi sipil Hamas selama tidak ada alternatif yang bisa memberikan keamanan pada truk-truk pengangkut bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza.
Namun menurut dua sumber Israel yang dikutip Axios, Israel menolak permintaan AS itu, dengan menegaskan bahwa “salah satu tujuan perang ini adalah untuk memastikan Hamas tidak lagi menguasai Jalur Gaza”.
Para pejabat Israel mengatakan pihaknya memiliki rencana untuk mencari cara alternatif dalam penyaluran bantuan kemanusiaan, termasuk bekerja sama dengan klan lokal yang menentang Hamas. Rencana semacam itu telah dirancang untuk area Zeitoun di selatan Gaza City.
Namun, tidak jelas apakah rencana tersebut bisa dilaksanakan dalam waktu dekat.
“Situasi saat ini tidak berjalan baik. Makanan harus masuk atau kita akan mengalami kelaparan di Gaza — dan ini akan sangat merugikan Israel,” ucap seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya.
Desakan AS itu disampaikan saat militer Israel terus melancarkan rentetan serangan yang menghancurkan infrastruktur di wilayah Jalur Gaza bagian utara hingga selatan, termasuk rumah sakit, sekolah-sekolah, ruas jalanan, jaringan komunikasi dan sistem air bersih.
Kehancuran yang meluas ini merupakan bagian dari bencana kemanusiaan yang semakin parah di Jalur Gaza, dengan puluhan ribu orang kelaparan dan pertempuran sengit terus memakan korban jiwa.***dtc/mpc/bs