Gaza City(MedanPunya) Kelompok Hamas menuduh Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu telah menghalangi perundingan gencatan senjata dan pembebasan sandera di Jalur Gaza, ketika para mediator baru-baru ini kembali mendorong tercapainya kesepakatan.
Perang dahsyat di daerah kantong Palestina itu sudah berlangsung selama sembilan bulan terakhir, dengan perundingan yang digelar selama periode yang sama sejauh ini gagal mengakhiri perang yang memakan banyak korban jiwa tersebut.
Hamas, dalam pernyataan pada Senin (8/7) waktu setempat, menuduh Netanyahu “terus memberikan lebih banyak hambatan dan perundingan”.
Kelompok militan yang menguasai Jalur Gaza itu menuduh Netanyahu telah meningkatkan “agresi dan kejahatannya terhadap rakyat kami” dalam apa yang mereka sebut sebagai “upaya untuk menggusur secara paksa untuk menggagalkan semua upaya dalam mencapai kesepakatan”.
Saat pertempuran sengit berlangsung di Gaza City pada Senin (8/7) waktu setempat, militer Israel memperluas perintah evakuasi di bagian utara wilayah tersebut, yang memaksa ribuan warga sipil Palestina untuk mengungsi ke lokasi lainnya.
Kantor Netanyahu menegaskan kembali pada Minggu (7/7) waktu setempat bahwa “kesepakatan apa pun akan memungkinkan Israel untuk kembali dan bertempur sampai semua tujuan perang tercapai”.
Penegasan itu disampaikan saat para mediator, seperti Qatar dan Mesir, dijadwalkan menjadi tuan rumah perundingan gencatan senjata terbaru pekan ini. Seorang pejabat yang mengetahui mediasi tersebut mengungkapkan bahwa Direktur Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (AS) atau CIA, William Burns, juga akan berangkat ke Qatar pekan ini.
Sementara Hamas telah mengisyaratkan akan mencabut atau membatalkan tuntutan agar Israel berkomitmen pada gencatan senjata permanen “sepenuhnya” sebelum menandatangani perjanjian dengan kelompoknya. Tuntutan Hamas itu telah berulang kali ditolak oleh Tel Aviv.
Dalam pernyataan pada Senin (8/7) waktu setempat, kelompok Hamas mengatakan mereka telah menunjukkan “fleksibilitas dan sikap positif untuk memfasilitasi tercapainya kesepakatan” dan mendesak para mediator untuk mengakhiri apa yang mereka sebut sebagai “trik dan kejahatan Netanyahu”.
Perang yang berkecamuk di Jalur Gaza sejak Oktober tahun lalu telah menewaskan lebih dari 38.000 orang, yang sebagian besar warga sipil. Perang itu meletus setelah Hamas melancarkan serangan mengejutkan terhadap Israel bagian selatan pada 7 Oktober tahun lalu, yang dilaporkan menewaskan 1.200 orang.
Lebih dari 250 orang lainnya diculik dan disandera oleh Hamas di Jalur Gaza. Dengan puluhan sandera di antaranya dibebaskan selama gencatan senjata singkat pada November tahun lalu — ditukar dengan ratusan tahanan Palestina, saat ini diyakini masih ada sekitar 120 sandera yang ditahan di Jalur Gaza.
Upaya untuk mewujudkan gencatan senjata terbaru di Jalur Gaza berulang kali gagal karena perbedaan pendapat antara Hamas dan Israel.***dtc/mpc/bs