Medan (MedanPunya) Polda Sumut akan melakukan ekshumasi atau pembongkaran makam Ade Nurul Fadilah (19), siswi sekolah penerbangan yang dicurigai keluarga tewas karena dianiaya di asrama sekolahnya di Kota Medan. Ekshumasi itu rencananya akan dilakukan besok.
“Betul, direncanakan ekshumasi besok (Jumat),” kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Hadi Wahyudi, Kamis (31/10).
Kuasa hukum keluarga korban Thomy Faisal mengatakan makam korban tersebut berada di Kecamatan Kisaran Barat, Kabupaten Asahan.
“(Dimakamkan) di perkuburan muslim Kelurahan Sidomukti, Kisaran Barat, Kabupaten Asahan,” jelasnya.
Sebelumnya, Polda Sumut juga memeriksa tujuh teman korban dan staf di sekolah itu.
“Dari pihak sekolah di antaranya ada tujuh siswa rekan korban dan ada beberapa dari staf sekolah,” kata Hadi Wahyudi, Rabu (30/10).
Selain dari pihak sekolah, kata Hadi, penyidik juga tengah memeriksa keluarga korban. Adapun yang dimintai keterangan itu adalah kuasa hukum selaku pelapor, dua kakak korban dan ayahnya.
Untuk diketahui, Ade, tewas saat menempuh pendidikan di sekolah penerbangan tersebut. Keluarga korban menduga bahwa korban tewas usai dianiaya di asrama sekolah itu.
Kuasa hukum keluarga korban Thomy Faisal mengatakan peristiwa itu berawal pada Selasa (1/10) sekira pukul 23.00 WIB. Saat itu, keluarga korban mendapat telepon dari pihak sekolah bahwa korban masuk rumah sakit.
“Tanggal 1 Oktober jam 23:00 WIB, pihak keluarga dihubungi oleh yayasan atau sekolah bahwa korban sedang sakit dan sudah dibawa ke Rumah Sakit USU,” kata Thomy, Sabtu (26/10)
Lalu, selang beberapa menit kemudian, keluarga korban mendapatkan kabar bahwa korban telah meninggal dunia. Usai menerima informasi itu, keluarga korban langsung berangkat dari Kabupaten Asahan menuju Medan untuk menjemput jenazah korban. Setelah itu, jasad korban dibawa oleh pihak keluarga.
Namun, saat dicek, keluarga menemukan ada bekas memar di leher, seperti bekas cekikan. Selain itu, keluarga juga menemukan lebam di punggung dan rusuk.
Atas kejadian itu, Thomy mewakili keluarga korban melaporkan dugaan kejanggalan itu ke Polda Sumut pada Rabu (23/10). Pihak sekolah, yakni Sumatera Flight membantah bahwa korban tewas karena dianiaya.
“Sangat membantah (adanya penganiayaan). Almarhum ini orang baik, dan baru dua bulan di sini. Jadi, tidak mungkin dia langsung punya musuh apa segala macam, tidak ada kekerasan, tidak ada tindak pem-bully-an, karena di sini tidak ada senior junior,pelatihan kursus kita hanya setahun, begitu setahun selesai, tidak ada senior di sini,” kata Kuasa Hukum Sumatera Flight Hendra Manatar Sihaloho, Senin (28/10).
Meski begitu, Hendra membenarkan bahwa korban merupakan siswi di sekolah penerbangan Sumatera Flight itu. Pada saat kejadian, kata Hendra, korban awalnya mengalami sakit kepala.
Lalu, korban berteriak. Teman-teman korban pun langsung memanggil pengasuh di asrama itu dan langsung membawa korban ke klinik.
Setibanya di klinik itu, pihak klinik meminta agar korban dibawa ke rumah sakit. Lalu, korban pun dilarikan ke RS USU. Namun, nahas, korban meninggal dunia sebelum mendapatkan penanganan dokter.***dtc/mpc/bs