Washington(MedanPunya) Dengan keputusan Senat Amerika Serikat (AS) membebaskan mantan Presiden Donald Trump dari pemakzulan pada akhir pekan, maka diketahui bahwa pengaruh Trump masih sangat kuat di kalangan Partai Republik. Hasil voting Senat AS menunjukkan mayoritas Senator Republikan masih loyal pada Trump.
Mayoritas 43 dari total 50 Senator Republikan memvoting untuk menyatakan Trump tidak bersalah atas dakwaan penghasutan pemberontakan — satu-satunya dakwaan pemakzulan yang dijeratkan pada Trump yang dianggap menghasut pendukungnya untuk menyerang Gedung Capitol 6 Januari lalu.
Hasil itu juga berarti hanya tujuh Senator Republikan yang bergabung dengan 50 Senator Demokrat dalam menyatakan Trump bersalah atas dakwaan pemakzulan itu. Dengan kata lain, hasil voting itu menyoroti betapa kuatnya cengkeraman Trump terhadap Partai Republik yang menjadi citranya selama lima tahun terakhir.
Trump yang terkesan menjauhi sorotan sejak meninggalkan Gedung Putih pada 20 Januari lalu, diketahui memegang loyalitas kuat dari para pendukungnya, yang memaksa para politikus Republikan untuk juga loyal pada Trump dan khawatir dengan amarahnya.
Namun setelah dua pemakzulan, berbulan-bulan melontarkan klaim palsu soal kecurangan dalam pilpres AS 2020 dan adanya penyerbuan Gedung Capitol oleh para pendukungnya, Trump juga menjadi racun politik di kebanyakan swing district yang kerap menjadi penentu pemilu AS.
Posisi itu membuat para politikus Republikan dalam posisi genting saat berupaya membentuk koalisi kemenangan dalam pemilu 2022 untuk menguasai Kongres AS dan pilpres 2024 yang mungkin menyertakan Trump sebagai kandidat capres.
“Sulit dibayangkan Republikan menang pemilihan nasional tanpa pendukung Trump dalam waktu dekat,” cetus pakar strategi Partai Republik, Alex Conant, yang juga ajudan Senator Republikan, Marco Rubio, saat kampanye pilpres 2016 melawan Trump.
“Partai menghadapi Catch 22 (dilema-red) yang sebenarnya: partai tidak bisa menang dengan Trump, tapi jelas tidak bisa menang tanpa dia,” sebutnya.
Trump belum mengisyaratkan rencana politik jangka panjang usai sidang pemakzulan dirinya usai digelar. Namun dia telah secara terbuka mengindikasikan pencalonan kembali dalam pilpres selanjutnya dan dia dilaporkan ingin membantu penantang para politikus Republikan di Kongres AS yang memvoting untuk memakzulkan atau menyatakan dia bersalah.
“Apakah dia mencalonkan diri lagi itu terserah dia, tapi dia masih akan memiliki pengaruh sangat besar pada arah kebijakan dan juga dalam mengevaluasi siapa pemegang standar serius untuk pesan itu. Anda bisa menyebutnya kingmaker atau apapun yang Anda inginkan untuk menyebutnya,” ucap salah satu penasihatnya.
Menurut sejumlah polling yang digelar sejak rusuh Gedung Capitol pada 6 Januari lalu, Trump masih memiliki dukungan kuat dari kalangan Partai Republik.
Hanya beberapa hari usai rusuh itu, polling Reuters/Ipsos menunjukkan 70 persen Republikan masih merasa puas dengan kinerja Trump dan polling selanjutnya menunjukkan hasil yang mirip yang menyatakan keyakinan bahwa dia seharusnya diizinkan untuk mencalonkan diri lagi.
Namun di luar Partai Republik, Trump tidak lagi populer. Polling Ipsos pada Sabtu (13/2) waktu setempat menunjukkan 71 persen warga AS meyakini Trump setidaknya bertanggung jawab sebagian atas rusuh Gedung Capitol. Sebanyak 50 persen warga AS meyakini dia harus dinyatakan bersalah oleh Senat dan hanya 38 persen yang menentang dan 12 persen tidak yakin.
Para pembela Trump di Senat berargumen bahwa sidang pemakzulannya inkonstitusional karena Trump sudah mengakhiri jabatannya dan berdalih pidato Trump sebelum rusuh Gedung Capitol dilindungi oleh hak konstitusional soal kebebasan berbicara. Namun mayoritas Senator AS, termasuk tujuh Senator Republikan menolak pandangan itu.
Partai Demokrat mencetuskan bahwa banyak Senator Republikan takut untuk memvoting sesuai hati nurani mereka untukmenyatakan Trump bersalah, karena mereka mengkhawatirkan pembalasan dari pendukung Trump.
“Jika voting digelar secara rahasia, maka akan ada penetapan bersalah,” cetus Senator Demokrat, Richard Blumenthal.
Pemimpin minoritas Senat, Mitch McConnell, menjadi salah satu contohnya. McConnell merupakan salah satu dari 43 Senator Republikan yang membebaskan Trump dari pemakzulan. Namun setelah voting, McConnell mengecam Trump yang disebutnya ‘bertanggung jawab secara praktis dan secara moral’ atas provokasi kekerasan.
Posisi McConnell menggambarkan bagaimana para pemimpin Republikan berusaha menjauhkan diri dari Trump dan membatasi pengaruhnya, namun tanpa memicu kemarahan Trump dan pendukungnya.***dtc/mpc/bs