Brasilia(MedanPunya) Kepala militer angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara Brasil secara bersamaan mengundurkan diri saat Presiden Jair Bolsonaro tengah susah-payah mengatasi krisis kepemimpinannya.
Para jenderal itu dilaporkan mengundurkan diri sebagai protes mereka atas apa yang mereka lihat sebagai upaya Bolsonaro mengendalikan militer dengan cara yang tidak semestinya.
Pada hari Senin (29/3), Bolsonaro terpaksa merombak kabinet menyusul pengunduran diri menteri luar negeri dan menteri pertahanan.
Popularitas Bolsonaro merosot akibat tanggapannya yang buruk dalam penanganan COVID-19. Ia secara konsisten menentang kebijakan karantina dengan alasan bahwa dampaknya terhadap ekonomi akan lebih buruk daripada dampak dari virus Corona itu sendiri.
Bolsonaro juga mengatakan kepada rakyat untuk “berhenti merengek” tentang pandemi. Padahal sudah hampir 314.000 orang telah meninggal akibat COVID-19 di Brasil, dan negara itu telah mencatat lebih dari 12,5 juta kasus yang dikonfirmasi.
Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Brasil di mana kepala angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara mundur bersamaan karena perselisihan dengan presiden.
Ketiga orang itu – Jenderal Edson Leal Pujol, Laksamana Ilques Barbosa dan Marsekal Antonio Carlos Bermudez – mengundurkan diri pada hari Selasa, sehari setelah Menteri Luar Negeri Ernesto Arajo, yang selama ini setia pada Presiden, dipaksa berhenti menyusul kritik keras dari anggota parlemen.
Arajo dituduh menangani hubungan Brasil dengan China, India, dan Amerika Serikat, dengan sangat buruk. Menurut para anggota parlemen hal itu mengakibatkan Brasil menjadi gagal memperoleh jumlah vaksin COVID-19 yang mencukupi.
Menteri Pertahanan Fernando Azevedo e Silva kemudian menyusul mengundurkan diri.
Dia berselisih dengan Bolsonaro akibat pandangan yang berbeda soal kesetiaan angkatan bersenjata, yang menurutnya harus diarahkan untuk menegakkan konstitusi dan bukan malah mendukung presiden secara pribadi.
Setelah kehilangan kedua menterinya itu, Bolsonaro kemudian terpaksa merombak kabinetnya.
Koresponden BBC Amerika Latin, Will Grant, mengatakan Bolsonaro sekarang menghadapi krisis politik terbesarnya sejak menjabat pada Januari 2019.
Menurut Grant, tekanan terhadap pemimipin sayap kanan itu telah meningkat secara signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Hal itu juga memperburuk popularitasnya yang sudah merosot akibat penanganan pandemi.
Bolsonaro sebelumnya meragukan vaksin dan membela obat yang tidak terbukti sebagai pilihan pengobatan COVID-19. Namun, pekan lalu ia mengatakan bahwa akan menjadikan tahun 2021 sebagai tahun vaksinasi.
“Kita akan segera bisa melanjutkan kehidupan normal,” Bolsonaro.
Pemerintah Brasil mengalami kesulitan dengan peluncuran program vaksinasi di seluruh negeri yang membentang luas itu. Brasil sudah mulai menggunakan vaksin Oxford-AstraZeneca dari Inggris dan CoronaVac asal China.
Brasil pun telah menyetujui penggunaan vaksin Pfizer/BioNTech, memesan vaksin Johnson & Johnson yang hanya membutuhkan satu dosis, serta vaksin Sputnik V buatan Rusia.
Layanan kesehatan Brasil dilaporkan berada di ambang kehancuran akibat gelombang dua COVID-19 di negara itu yang mematikan.
Korban kematian COVID-19 harian Brasil melewati 3.000 untuk pertama kalinya pada awal bulan ini, sehingga menyebabkan banyak rumah sakit hampir kolaps dan meningkatkan kekhawatiran bahwa negara itu dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat global.
Lonjakan kasus di Brasil dikaitkan dengan penyebaran varian baru Corona yang sangat menular.***dtc/mpc/bs