Jakarta(MedanPunya) Setelah masa persiapan yang panjang, Akademi Pendidikan Agama Islam pertama di Jerman akhirnya diresmikan di kota Osnabrück, dengan nama resmi Islamkolleg Deutschland – IKD. Bagi Ender Cetin, 45 tahun, itu adalah “langkah yang tepat ke arah yang benar” yang sudah lama ditunggu. Dia lahir dan besar di Berlin, dan sekarang menjadi mahasiswa angkatan pertama di Sekolah Tinggi Agama Islam. Pusat pendidikan itu diresmikan Selasa, 15 Juni 2021, setelah beberapa kali tertunda karena pandemi corona.
Ender Cetin, yang sudah melakukan kegiatan sebagai imam, mengaku senang dengan kemungkinan mengikuti pendidikan imam Islam di Jerman, profesi yang baginya “menawarkan perspektif masa depan.”
Islamkolleg Deutschland di Osnabrück adalah bagian dari program khusus yang dirancang di Kementerian Dalam Negeri. Di Jerman, Kemendagri juga bertanggung jawab atas urusan agama dan kepentingan kelompok-kelompok agama.
Setiap tahun, Konferensi Islam yang mempertemukan organisasi-organisasi Islam dengan pejabat pemerintahan Jerman dan wakil-wakil institusi terkait digelar di Jerman. Dalam Konferensi Islam yang terakhir tahun lalu, Menteri Dalam Negeri Horst Seehofer menyambut rencana pembukaan Islamkolleg Deutschland di Osnabrück sebagai “kabar baik bagi umat Islam di Jerman”.
Tujuan pendirian Perguruan Tinggi Agama Islam di Jerman itu terutama untuk meningkatkan jumlah imam, yang juga bisa berkhotbah dalam bahasa Jerman, kata Horst Seehofer. Kementerian Dalam Negeri menyediakan dana awal untuk pendirian perguruan tinggi itu.
Angkatan pertama yang akan mengikuti pendidikan Teologi Islam di Osnabrück terdiri dari 50 peserta. Profesor Studi Islam Bülent Ucar mengatakan, para peserta angkatan pertama antara lain berlatar belakang Turki, Arab dan Bosnia – dan ini mewakili keragaman Islam di Jerman. Dua puluh persen mahasiswa adalah perempuan.
Bülent Ucar mengatakan, beberapa komunitas Muslim di Jerman yang lahir dan besar di negeri ini “tidak bisa lagi mengerti” para imam yang tidak bisa berbahasa Jerman. Kesenjangan komunikasi ini dapat menyebabkan anggota komunitas yang lebih muda dengan cepat terbujuk konten-konten online para ekstremis.
“Di sini kami memiliki kesempatan unik untuk melayani kebutuhan praktis di masjid-masjid,” kata Aiman Mazyek, Ketua Dewan Pusat Muslim di Jerman kepada DW. Tantangan berikutnya adalah, lanjut dia, memenangkan hati dan penerimaan komunitas Muslim bagi para imam yang dididik di Jerman.
“Saya pikir ini adalah titik balik bagi sejarah Muslim di Jerman,” kata Ender Cetin, peserta pendidikan angkatan pertama. Pengalamannya sendiri menunjukkan bahwa “semakin banyak orang muda lebih suka berbicara tentang agama mereka dalam bahasa Jerman.”***dtc/mpc/bs